SLEMAN – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman kembali menggelar program dalam upaya pemajuan kebudayaan lokal. Acara bedah buku ini tak hanya sekadar membalik lembaran buku, namun juga menjadi forum krusial yang mempertemukan berbagai elemen strategis, mulai dari pemerintah, legislatif, akademisi, hingga pegiat pers, demi masa depan aksara Jawa di tengah arus digital.
Bedah buku bertajuk “Salah Kaprah Aksara Jawa” di Puri Mataram, Sleman, Selasa 28 Oktober 2025, dibuka langsung oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, Dra. Shavitri Nurmala Dewi, MA. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah wujud komitmen Pemkab Sleman untuk meningkatkan literasi masyarakat, khususnya dalam bingkai budaya. Langkah ini menjadi penting, sebab aksara Jawa adalah cerminan identitas yang harus terus dihidupkan sebagai fondasi peradaban lokal.
Penulis buku, Syukron Arif Muttaqin, S.E., M.AP., merupakan Anggota DPRD Kabupaten Sleman, sekaligus narasumber dalam agenda ini. Istimewanya, hari ini bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Syukron memaparkan bahwa bukunya lahir dari keresahan melihat tantangan dan perkembangan aksara Jawa di ruang publik dan digital. Buku ini karya kedua Syukron, sebelumnya ia menulis buku berjudul “Wong Jowo Ojo Lali Jowone”.
Syukron menekankan bahwa aksara Jawa, yang kaya nilai sejarah dan filosofi, tidak boleh hanya menjadi pajangan dan hiasan saja. Ia harus dijaga dan beradaptasi. Adaptasi inilah yang kemudian dielaborasi lebih jauh oleh narasumber sekaligus penulis kedua, Setya Amrih Prasaja, S.S., Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Kundho Kebudayaan DIY, sekaligus alumni Sastra Jawa UGM.
Amrih memaparkan dinamika dan tantangan pelestarian bahasa Jawa saat ini yang begitu kompleks. Menurutnya, masalah utama pelestarian tidak hanya terletak pada ketidaktertarikan generasi muda, melainkan pada akar sistemik di dunia pendidikan. “Salah satu tantangan besarnya adalah berkurangnya guru yang bisa aksara Jawa, sehingga ini tentu mempengaruhi murid dalam belajar aksara.” Jelas Amrih saat memaparkan materi.
Namun, Amrih juga membawa kabar gembira yang menunjukkan aksara Jawa siap menghadapi modernitas. Berkat upaya digitalisasi, ia mengabarkan bahwa saat ini aksara Jawa dengan paugeran terbaru sudah terintegrasi di aplikasi pesan instan populer WhatsApp. Ini adalah terobosan masif yang membuat semua bisa menulis aksara Jawa di WA. Sehingga warisan budaya ini telah siap menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari generasi Z.
Menutup rangkaian diskusi ini, Drs. H. Hudono, S.H., Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DIY. Dalam pesan penutupnya, Hudono menyoroti peran sentral media. Beliau berpesan agar insan pers, sebagai pilar informasi dan sosialisasi, menggencarkan kampanye dan sosialisasi tentang pentingnya bahasa dan aksara Jawa.
Bedah buku “Salah Kaprah Aksara Jawa” ini bukan sekadar seminar, melainkan manifestasi gotong royong budaya di Sleman. Sinergi antara pemerintah yang berliterasi, wakil rakyat yang peduli, akademisi yang berinovasi, dan pers yang proaktif diharapkan mampu menjadi jembatan kokoh yang memastikan aksara Jawa tidak hanya lestari, tetapi juga berkembang di Nusantara. (Yuniar Avicenna)








