Cara Mengawinkan Kambing/Domba

Ternak domba di Jatimulyo, Kebumen. (Foto: Wiradesa)

Setidaknya ada lima cara atau tanda-tanda seekor kambing/domba berhasil dikawinkan. Salah satunya, perkawinan hanya akan berhasil bila kambing/domba betina dikawinkan dalam keadaan berahi.

Jika perkawinan berhasil, domba akan bunting. Jika perkawinan gagal, domba akan berahi lagi 18 hari kemudian. Perkawinan lebih mudah dilakukan secara alami dalam suatu koloni di mana pejantan berfungsi sebagai perangsang dan pendeteksi berahi, serta pemacek.

”Pencampuran kambing dilakukan selama satu sampai dua bulan,” jelas Prof Panjono PhD, dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Selasa 9 September 2025. Menurut Prof Panjono, kambing dan domba bunting sekitar 5 bulan. Pada 3 bulan sebelum melahirkan, induk ditempatkan di kandang individu hingga melahirkan dan menyusui anaknya.

Pedet yang baru lahir harus segera diperiksa kondisinya. Jika induk tidak mau menjilati, hidung dan mulut harus dibersihkan dari lendirnya. Satu jam setelah lahir, cempe harus sudah bisa minum susu induk (kolustrum).

Jika tidak bisa minum, cempe atau anak kambing harus dibantu. Tiga bulan setelah melahirkan, cempe disapih dan induk dikumpulkan lagi dengan pejantan.

Baca Juga:  Kalurahan Condongcatur Wakili Kapanewon Depok dalam Lomba Evaluasi Kalurahan Inovatif

Peneliti pada Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM ini menjelaskan soal pembesaran dan penggemukan kambing/domba.

Untuk proses pembesaran, domba umur 3 – 6 bulan. Fokus pertumbuhan otot dan kerangka. Lebih banyak membutuhkan protein.

Untuk penggemukan, domba umur 6 – 8 bulan. Fokus penimbunan massa otot. Lebih banyak membutuhkan energi.

Prof Panjono mengingatkan, pakan merupakan komponen utama dalam biaya produksi. Para peternak perlu mengetahui, bahan pakan, formulasi ransum, pemberian pakan, dan pengolahan pakan.

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dicerna (sebagian atau seluruhnya), bermanfaat bagi pemakannya, dan tidak menggangu kesehatan pemakannya. Tidak ada satu bahan pakan yang dapat memenuhi semua kebutuhan nutrien ternak, semakin banyak bahan pakan yang diberikan, semakin tercukupi kebutuhan nutriennya.

”Bahan-bahan pakan harus disusun dalam bentuk ransum sesuai kandungan nutrisi bahan pakan dan kebutuhan nutrisi ternak,” papar Prof Panjono.

Dosen Fakultas Peternakan UGM ini juga mengingatkan para peternak untuk mengendalikan penyakit ternak. Baginya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Ternak yang sakit harus segera ditangani sebelum bertambah parah dan/atau menulari yang lain.

Baca Juga:  Potensi Besar Pengolahan Limbah Ternak

Penanganan yang cepat membutuhkan identifikasi yang cepat. Cara penanganan ternak sakit. Setiap penyakit tidak menunjukkan gejala yang sama pada semua ternak. Beberapa penyakit membentuk kompleksitas penyakit. (*)

Tinggalkan Komentar