BATIK tulis Giriloyo, selain memiliki nilai sejarah, juga memancarkan nilai estetika alamiah dan konservasi lingkungan. Histori, estetik, dan lestari, menjadi ciri khas batik tulis di Kampung Batik Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nilai historis batik Giriloyo terkait dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Konon batik di sini diajarkan oleh abdi dalem keraton yang diperintah membangun dan menjaga Makam Raja-raja di Pajimatan Imogiri.
Waktu itu, abad ke-17 Masehi di masa Kerajaan Mataram, Raja Sultan Agung membangun Makam Raja-raja di atas bukit Pajimatan. Bahkan menurut penuturan salah seorang warga Wukirsari, Sultan Agung tidak hanya membangun makam di Pajimatan, tetapi juga makam di Giriloyo.
Bintoro, salah satu warga Wukirsari, bercerita tentang sejarah asal usul batik di Giriloyo. Sebelum membangun Makam Raja-raja di Pajimatan, Sultan Agung membangun makam di Giriloyo, untuk makam Sunan Cirebon dan Panembahan Juminah, paman Sultan Agung.
Saat Sultan Agung membangun pemakaman Giriloyo untuk makam Sunan Cirebon dan Panembahan Juminah (paman Sultan Agung) di Giriloyo dan makam Raja-raja Mataram serta Raja-raja Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta di Pajimatan, para pendereknya tinggal di sekitar daerah pembangunan makam.
Ketika tinggal di wilayah Wukirsari dan sekitarnya, para abdi dalem keraton tersebut mengajarkan keahlian membatiknya kepada penduduk setempat. Keahlian membatik itu selanjutnya diwariskan ke anak cucu secara turun temurun, sampai sekarang.
Sedangkan estetika batik tulis Giriloyo terpancar dari pola, gambar, warna, dan bentuk geometrisnya. Warna-warnanya cerah, kontras, dan bahan pewarnanya memanfaatkan bahan alami, seperti secang, kunyir, pucuk daun jati, dan kulit kayu.
Batik tulis Giriloyo jika dicermati juga ada nilai konservasi lingkungan. Pelestarian alam itu terlihat dari gambar yang dihasilkan berupa flora, fauna, dan cerita rakyat. “Batik dari Giriloyo, bukan sekedar kain yang dibatik, tetapi ada nilai sejarah, estetika, dan kecintaan terhadap alam semesta,” ujar Isnaini Muhtarom, salah satu pengelola Kampung Batik Giriloyo, Jumat 22 November 2024.
Isnaini Muhtarom yang juga Dukuh Karangkulon menegaskan batik itu merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan. Makanya jika ada siswa, mahasiswa, atau masyarakat yang ingin belajar batik, para perajin batik di Giriloyo selalu mendukung dan siap mendampinginya.
Ada beberapa kelompok perajin batik yang siap mendampingi para pengunjung Kampung Batik Giriloyo yang ingin belajar batik. “Kalau pengurus Kampung Batik Giriloyo ada 35 orang, tapi kalau yang terlibat banyak. Karena standar pembelajaran batik Giriloyo, tiap lima tamu yang belajar batik didampingi satu orang perajin batik,” jelas Isnaini Muhtarom.
Paket belajar membatik mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 250.000, disesuaikan dengan jumlah pengunjung. Peserta pelatihan singkat, sekitar dua jam, akan mendapatkan fasilitas alat pelatihan, bahan-bahan membatik, dan tutor berpengalaman.
Namun yang mengesankan, pengunjung Kampung Batik Giriloyo, setelah belajar membatik, akan mengenal sejarah batik, meresapi keindahan berbagai motif batik, dan memunculkan keinginan untuk menjaga lingkungan. Itulah ciri khas batik Giriloyo. (Ono)