KOTA YOGYA – Meski berada di tengah perkotaan yang minim lahan, Kelompok Tani Ngudi Mulyo, Pugeran, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta, berhasil menjadikan kawasan bekas tempat pembuangan sampah menjadi lahan perkebunan dan perikanan. Muhammad Fathoni, Ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo, pada Senin, 5 April 2021 menyampaikan, warga kampung Pugeran bersama-sama memprakarsai terbentuknya kebun Ngudi Mulyo. “Ada beberapa orang yang menjadi pionernya,” ujar Fathoni.
Asal-Muasal Terbentuknya Kebun Ngudi Mulyo
Menurut pria kelahiran Kulonprogo ini, tempat yang saat ini dijadikan lahan perkebunan merupakan lokasi pembuangan sampah sementara milik Kampung Pugeran. Namun, seiring berjalannya waktu, tidak hanya warga setempat, warga dari luar kampung Pugeran juga turut membuang sampah di tempat tersebut. Hal itu membuat gundukan sampah menggunung, dan warga setempat menjadi kewalahan menangani penataannya.
Oleh warga, tempat tersebut diputuskan ditutup, sebab sampah yang menggunung sudah tak terkontrol. Meskipun sudah ditutup, permasalahan yang dialami tak lantas terselesaikan begitu saja. Bau bekas sampah masih menyengat, serta rerumputan semakin rindang tak terkendali. Apalagi, ketika usai terkena air hujan, bau busuk semakin tajam, sedangkan saat musim kemarau menjadi panas dan gersang.
Berangkat dari situ, warga bersepakat untuk merenovasi kawasan kumuh tersebut menjadi lebih baik. Mereka bergotong-royong memanfaatkan lahan milik seseorang yang saat itu belum digunakan, menjadi hamparan kebun sayuran dan kolam ikan.
Kelompok Tani Ngudi Mulyo
Lahirnya Kelompok Tani Ngudi Mulyo berbarengan dengan inisiatif didirikannya lahan perkebunan dan perikanan. Sebelum diresmikan pada akhir 2019, sebelumnya, pada 2018, warga sudah memulai gerakan penghijauan lahan tersebut. Terdiri dari 25-30 anggota, dengan diperkirakan ada 10 anggota yang masih aktif hingga saat ini.
Kondisi Tanah
Bapak dari dua anak ini menuturkan, kondisi tanah bekas pembuangan sampah di Kampung Pugeran memang tidak subur. Apalagi sampahnya beraneka ragam. Mulai dari organik hingga nonorganik, termasuk beton. “Kalau ditanami, tanaman jadi susah hidup,” katanya.
Kondisi serupa mengharuskan mereka menggunakan media tanam seperti pot, polybag, serta bedengan. Untuk tanah sebagai media tanam, didapat dari sumbangan atau bahkan harus membeli terlebih dulu.
Penanaman dan Perawatan Tanaman
Untuk bisa menjadi tanaman yang tumbuh subur seperti saat ini, mereka memulainya dari benih yang disemai menjadi bibit. Ada pula dari stek pohon. Proses perawatan dengan menyirami dua kali sehari. Namun, karena saat ini terbilang musim penghujan, tenaga mereka agak berkurang untuk rutinitas penyiraman. Saat musim kemarau, Fathoni mengeluhkan, terkendala karena keterbatasan alat penyiraman seperti selang.
Sedangkan untuk nutrisi tanaman, mereka menggunakan pupuk kandang serta pupuk cair dari sisa tanaman, sayuran, maupun dedaunan. Sebagai pengusir hama, mereka menggunakan air tembakau serta menanam kenikir. Kalau gulma, cukup disemprot dengan obat. “Ke depan, kami memang membutuhkan semacam pemotong rumput. Ya, lagi-lagi, karena keterbatasan dana,” urai Fathoni.
Sampai saat ini, tanaman unggulan di Kebun Ngudi Mulyo yaitu bayam brazil, binahong, kelor, bunga turi merah dan putih. Aneka tanaman milik Kelompok Tani Ngudi Mulyo, sampai sejauh ini, dijual ke warga kampung. Tak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan unit usaha “panen apa hari ini”.
Manfaat dan Harapan
Terbentuknya Kelompok Tani Ngudi Mulyo beserta kebunnya, kata Fathoni, mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan. Termasuk memberi kesibukan baru para anggota, serta membuat situasi kampung menjadi lebih nyaman dan asri. Selain itu, jalanan di wilayah kebun juga turut diperbaiki.
Harapannya, terang Fathoni, ke depan bisa menyejahterakan anggota secara materi. Juga, bisa menjadi pioner di Kelurahan Suryodiningratan. “Intinya, niat kami ini ingin melestarikan bumi dengan sebaik-baiknya. Agar bumi menjadi lebih hijau dan ketersediaan oksigen tetap stabil,” ucapnya.
Pria yang juga bekerja di Kementerian Agama ini menambahkan, besar harapan agar generasi mendatang bisa hidup lebih makmur, terutama dalam hal stabilitas pangan. Serta, suatu saat nanti, bisa menjadi tempat edukasi anak-anak sekolah. Belajar mencintai alam dan mampu merawat tanaman. (Septia Annur Rizkia)