SUDAH belasan tahun, Prof. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP. meneliti kunir putih. Namun dalam penelitian tiga tahun terakhir ini, Guru Besar Universitas Mercu Buana Yogyakarta, menemukan kunir putih yang memiliki aroma mangga berpotensi sebagai agen antidiabetic yang berperan mencegah dan menyembuhkan penyakit diabetes.
Penelitiannya dimulai dari rasa penasarannya terhadap tanaman kunir putih yang memiliki aroma mangga. “Latar belakang penelitian saya sebetulnya (adalah) kunir putih kok ada yang aromanya mangga”, ujar Prof Dwiyati, saat ditemui Wiradesa.co di rumahnya Jl. Wates Km 9,5 Plawonan RT 04 Argomulyo, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu, 07 Februari 2021.
Prof Dwiyati mengemukakan, setelah diteliti, ternyata kunir mangga (Curcuma amada) berpotensi memiliki manfaat yang sangat besar. “(Saya) ingin memanfaatkan secara efektif rimpang kunir mangga yang banyak manfaatnya,” tegasnya. Ada beberapa produk yang dibuat, berdasar hasil penelitiannya, di antaranya minuman rempah Esem dan kapsul Kunir Putih.
Banyak khasiat yang dapat diberikan oleh produk kunir putih buatan Prof Dwiyati. Beberapa di antaranya, mencegah dan mengobati berbagai jenis kanker, peradangan seperti maag dan jerawat, serta mengobati penyakit yang berhubungan dengan lemak seperti darah tinggi, asam urat, dan stroke. Penelitian tiga tahun terakhir yang dilakukannya menunjukkan bahwa kunir putih juga berpotensi sebagai agen antidiabetic yang berperan mencegah dan menyembuhkan penyakit diabetes.

Di masa pandemi saat ini, produk olahan kunir putih dari CV Windra Mekar juga membantu proses penyembuhan dan isolasi mandiri dari virus SARS-CoV-2. Menurutnya, keefektifan kunir putih dalam melawan Covid-19 diakibatkan oleh kandungan antioksidan yang ada di dalam kunir putih.
Antioksidan akan membantu tubuh dalam membangun imunitas sehingga tubuh menjadi lebih kuat. Selain itu, Covid-19 yang termasuk infeksi juga menyebabkan peradangan pada paru-paru. Zat di dalam kunir putih juga dapat mengobati peradangan tersebut, sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap Covid-19.
Namun, menurut Prof Dwiyati, 3M tetap diperlukan dalam rangka penyembuhan dan pencegahan kedepannya. Rajin Mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Melaksanakan protokol kesehatan secara ketat, akan menjaga tubuh dari terpaan inveksi virus korona.
Kunir putih memiliki efektivitas yang tinggi dalam menyembuhkan berbagai penyakit, tetapi seberapa efektifkah kunir putih dibanding dengan obat-obatan yang beredar? Menanggapi hal tersebut, Prof Dwiyati mengatakan bahwa dirinya tidak melakukan uji perbandingan efektivitas antara kunir putih dengan obat lainnya.
“Penelitian itukan biasanya menggunakan kontrol begitu, misalkan kolesterol. Tikus-tikus diberi pakan tengik sehingga tikus-tikus tadi terkena kolesterol. Kemudian, dibagi kelompoknya. Kelompok tikus pertama diberi pakan tengik saja dan air, sedangkan kelompok tikus yang lainnya dibarengi dengan pemberian kunir putih juga. Kelompok tikus pertama ternyata tingkat kolesterolnya tinggi, sementara kelompok tikus kedua ternyata kadar kolesterolnya mendekati normal,” papar Prof Dwiyati.
Begitu juga untuk diabetes, perlakuannya serupa. Hasil yang didapatkan pun sama, ada kelompok tikus yang kadar gula darahnya tinggi dan kelompok tikus yang lainnya kadar gulanya normal. Jadi, terbukti secara nyata bahwa (kunir putih) mampu menormalkan gula darah.
Kunir putih memang belum diteliti efektivitasnya untuk menggantikan obat-obatan yang telah beredar saat ini. Namun, dengan banyaknya publikasi penelitian yang dilakukan oleh Prof Dwiyati serta testimoni pengguna kunir putih yang penyakitnya sembuh menjadikan kunir putih sebagai herbal potensial yang dapat dijadikan sebagai alternatif bahkan agen penyembuh utama di masa depan. (Daffa Khairi)