Manfaatkan Lahan Tidur untuk Budidaya Buah Melon

Wali Kota Madiun, Maidi (kanan) bersama Sesmenko Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, melakukan penanaman perdana buah melon di Green House Eduk Park, Ngrowo Bening, Minggu 27 Maret 2022. (Foto: Koran Memo)

MADIUN – Pola pertanian milenial tengah dijajal pada lahan tidur di Kota Madiun, dengan mengusung konsep budidaya tanaman kebun atau hortikultura. Dalam pilot project kali ini, Pemkot Madiun berupaya mengembangkan buah yang berasal dari suku labu-labuan, salah satunya buah melon.

Penanaman perdana ini dilakukan di Green House Eduk Park, Ngrowo Bening oleh Wali Kota Madiun, Maidi bersama Sekretaris Kementerian Koordinator (Sesmenko) Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, Minggu 27 Maret 2022.

Menurut Maidi, buah melon yang kaya akan vitamin ini, juga memiliki prospek pasar yang tak kalah dengan buah-buahan yang lain. “Pola pertanian milenial kita coba, artinya di sini ada tempat laboratorium itu. Ini sudah banyak yang sukses, tapi dimana kita uji coba melon yang luar biasa ini, kalau sudah bagus disebarkan, termasuk buah naga dan jambu,” katanya.

Maidi menuturkan, dengan berdirinya Green House ini merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan lahan tidur yang ada di Kota Madiun. Ia juga melibatkan kaum milenial untuk turut mengembangkan budidaya hortikultura, agar luasan 900 hektar sawah yang dimiliki Kota Pendekar tidak melulu ditanami padi, terlebih saat ini subsidi pupuk tengah melambung tinggi.

Baca Juga:  Jelang PTM, 104 Siswa SMPN 1 Purbalingga Jalani Rapid Test Antigen

“Lahan tidur di Kota semua kita optimalkan, untuk itu anak muda kita libatkan. Anak muda ini masih punya 900 hektar sawah kalau terus seperti itu (ditanami padi,red) tidak menarik, apalagi subsidi pupuk mahal,” tutur dia.

Selain itu, sektor hortikultura juga memiliki keunggulan dari sisi penggunaan lahan. Lahan untuk produksi holtikultura relatif lebih efisien, kebutuhan lahan untuk hortikultura jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perkebunan. “Ini menghasilkan untung yang banyak, selain organik, dan tempatnya juga tidak panas,” sambungnya.

Untuk menampung hasil dari perkebunan, Pemkot Madiun juga telah menyiapkan pasar. Buah melon yang tengah dibudidayakan ini sudah dikontrak oleh pihak ketiga, dengan harga Rp 17.000 per kilogram.

Dengan patokan harga itu, standarnya pun harus terpenuhi mulai dari besaran dan satu pohon satu buah. “Saya rasa kita tidak kebingungan, ini anggur juga di uji coba, bagaimana organik cost nya rendah dan rasanya enak. Ini pasti dicari orang,” pungkasnya kepada Koran Memo.

Sementara itu, Sesmenko Bidang Perekonomian, Susiwijono mengapresiasi upaya Pemkot dalam pemanfaatan lahan. Ia ingin, Green House menjadi salah satu contoh agar nanti generasi milenial tertarik untuk mengembangkan produk hortikultura pangan. Nantinya tidak hanya melon, namun juga buah-buahan yang lain.

Baca Juga:  Sisno Adi, Tekuni Budidaya Melon Madu

Susiwijono juga memaparkan, saat ini pasar hortikultura masih over dimensi, terutama pada global ekspor. Untuk bisa bersaing di sana, akan dikonsepkan dari hulu ke hilir, mulai dari penanaman hingga pemasaran. “Ekspor hortikultura harus nego dengan negara penerima, karena ada keamanan pangan, pengenaan pajak dan administrasi lainnya. Nanti kita dorong untuk survive di sana,” tandasnya. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *