Mepes Gebang, Tiyah Mengolah Bahan Anyaman Serat Alam

Di samping rumah, Tiyah membelah gebang menjadi dua bagian: dinamai gajih dan agel. Keduanya merupakan bahan baku kerajinan serat alam di Salamrejo. (Foto: Wiradesa).

KULONPROGO-Usaha kerajinan anyaman serat alam dari bahan baku gebang di Salamrejo Sentolo menyerap banyak tenaga kerja. Selain tenaga produksi anyaman kerajinan, pada pengolahan bahan baku membutuhkan sentuhan tangan terampil dan telaten.

Tiyah, warga Padukuhan Karangwetan Salamrejo, dalam rantai usaha kerajinan serat alam memilih fokus pada penyiapan bahan baku sebelum proses penganyaman. Sehari-hari ibu dua anak dan nenek dari tiga cucu ini memisahkan gebang menjadi dua bagian. Satu bagian dinamai gajih, bagian lain disebut agel. Baik agel maupun gajih setelah dibelah (mepes) akan dijemur. Setelah kering disetor ke rumah produksi kerajinan anyaman.

Bahan baku gebang dipasok pedagang yang kulak di Jawa Timur. Satu kilogram gebang dibeli Tiyah Rp 5 ribu. Setelah dibelah menggunakan pisau khusus dan dikeringkan sekilo dijual ke rumah produksi anyamanRp 55 ribu untuk agel dan Rp 50 ribu untuk gajih.

“Di rumah produksi nanti diolah, pewarnaan, dianyam sampai finishing. Produk kerajinan macam-macam, tas, karpet home dekor dan lainnya,” terang Tiyah kepada wiradesa.co, Senin 5 Januari 2024.

Baca Juga:  Tanding di PON XXI, Beriel Swarnadipa Nugraha Mohon Doa Restu kepada Lurah Condongcatur

Di Salamrejo rumah produksi kerajinan anyaman menyebar di tiap padukuhan. Kegiatan mepes seperti dijalani Tiyah pun menjadi kesibukan ekonomi warga. Dari mepes gebang saban minggu Tiyah beroleh pendapatan minimal Rp 100 ribu. “Kemarin beli gebang 30 kilogram. Kalau hasil rupiah tergantung banyaknya gebang yang dibelah. Semakin banyak tentu pendapatannya semakin banyak. Sesekali juga disambat pemilik rumah produksi untuk mepes. Bahan baku gebang dari sana. Saya tinggal mepes perkilo dapat upah Rp 25 ribu. Kalau model seperti ini hasilnya lumayan. Tak perlu kulakan gebang sendiri,” ujarnya.

Serat agel dalam proses penjemuran. (Foto: Wiradesa).

Mepes gebang dijalani Tiyah di sela keseharian sebagai ibu rumah tangga. Setelah mencuci memasak ia biasanya duduk di teras samping rumah mengurai gebang menjadi dua bagian. Setelah itu dilakukan penjemuran.

Pekerjaan lain pernah ditekuni Tiyah. Sebagai baby siter di Jakarta hingga jualan sayuran keliling pakai sepeda. “Kalau jualan sayuran sudah berhenti. Kaki saya sudah sering sakit. Untuk hari-hari daripada nganggur, lima tahun terakhir mengerjakan gebang ini,” ujar Tiyah yang hanya tinggal bersama Ngatijo suaminya. (Sukron)

Baca Juga:  Ekobis FKPAI DIY dan Baznas DIY Sinergi Perkuat Ekonomi Umat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *