Ngrawan Saparan: Bersih-bersih Sendang, Tirakatan dan Wayangan

Bersih-bersih sendang atau mata air. (Foto: Istimewa)

Bulan Sapar adalah hari raya bagi masyarakat Lereng Gunung Telomoyo, Andong, Merbabu. Tradisi ini disebut Saparan atau Merti Desa. Setiap wilayah memiliki ketetapannya sendiri perihal rangkaian, hari, hiburan dan pernak-perniknya.

Di Desa Ngrawan, tradisi saparan sudah berlangsung sejak lama, merupakan tinggalan dan dilakukan secara turun temurun. Pada era tahun 70an, saparan atau merti dusun berbarengan dengan warga Ngrawan panen raya padi. Dulu kawasan Lereng Telomoyo adalah sawah yang menjadi lumbung pangan bagi warga Desa Ngrawan.

Berjalannya waktu, pertanian Ngrawan era 80an sampai sekarang mengalami pergeseran, semula tanaman padi, kini menjadi sayur-sayuran. Hal ini juga berpengaruh terhadap pelaksanaan merti desa. Karena panen raya padi sudah tidak ada, maka melalui kesepatan bersama merti desa dirutinkan di bulan Sapar.

Menelisik terkait sejarah Ngrawan Saparan, para pemuda setempat yang terwadahi di Sanggar Omah Cikal, membuat forum Babar Karya dengan tema “Mbeber Saparan”. Para pemuda melakukan riset kecil-kecilan ke tokoh dan sesepuh desa, guna mengumpulkan informasi.

Baca Juga:  Media Anggota SMSI Tetap Eksis di Tengah Pandemi

Lalu data tersebut kemudian direspon dengan media visual berupa Video Dokumenter dan Lukisan Wayang Beber yang bercerita tentang rangkaian Ngrawan Saparan. Pameran tersebut dilaksanakan pada 22 juli 2023, menjadi event pemantik sebelum perayaan Ngrawan Saparan.

Pagelaran wayang kulit dalam perayaan Ngrawan Saparan menjadi suatu yang absah. Mengutip dari cerita Mbah Yanto; Sesepuh Desa. “Dulu pernah, Saparan tidak nanggap Wayang, tapi diganti Kethoprak, ndelalah kebareng-barengan dengan sebuah tragedi angin besar”.

Sesepuh dan para tokoh desa melihat fenomena tersebut merupakan keterkaitan kemudian dititeni atau ditandai sebagai acuan dalam perayaan saparan di tahun-tahun berikutnya.

Di tahun ini, Ngrawan Saparan disepakati pada hari Sabtu Pahing, 2 Sapar atau 19 Agustus 2023. Penentuan jadwal sudah memiliki patokan kemudian disepakati pada rapat dusun. Rangkainnya ada bersih-bersih sumber air, methokan banyu, methokan sarehan, methokan saparan, tirakatan dan pagelaran wayang kulit.

Lakon pagelaran wayang yang wajib dimainkan pada Ngrawan Saparan adalah Lakon Sri Mulih. Ini terkait dengan mengundang Dewi Sri sebagai simbol kesuburan tanah, kemakmuran, kerukunan dan kecukupan agar senantiasa terlimpah di Bumi Ngrawan.

Baca Juga:  Pemerintah Bentuk Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara

Saparan menjadi Hari Raya kedua bagi warga. Mereka membuka pintu rumahnya lebar-lebar, menyiapkan sajian lengkap, dari cemilan, makanan dan buah-buahan, lalu sanak saudara, teman-teman, semua kenalannya diundang untuk menikmatinya.

Ngrawan Saparan merupakan persembahan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas segala karuniaNya, kepada Bumi, kepada para leluhur dan kepada sesama. Menjalin hubungan 4 unsur lewat Ibadah Saparan. (*)

Tinggalkan Komentar