“Pajero” RS PKU Muhammadiyah: Empat Pilar Keluarga Sakinah

Ustadz Khoiruddin Bashori saat ceramah di Masjid Asy Syifa’ RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (5/3/2024). (Foto: Istimewa)

YOGYAKARTA – Membangun keluarga sakinah itu melalui proses yang panjang. Ada empat pilar yang perlu ditegakkan oleh pasangan suami istri, agar keluarganya sakinah, mawadah, warahmah, yakni komunikasi, kepuasan, menutup peluang aneh-aneh, dan komitmen keagamaan.

“Sakinah itu tenang, damai, menyenangkan, bahagia, tetapi penuh dinamika atau dinamis,” ujar Ust. Dr H Khoiruddin Bashori MSi, saat tampil sebagai pembicara pada Pengajian Jelang Romadhon (Pajero) di Masjid Asy Syifa’ RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa 5 Maret 2024.

Jadi sakinah itu bukan statis, tetapi dinamis dan terus berproses. Namun Ustadz Khoiruddin mengingatkan jangan salah membacanya, karena ada dua bacaannya, yakni sakinah dan sikinah. Kalau sakinah itu artinya terang, bisa menyenangkan, bahagia. Sedangkan sikinah itu artinya sangat menyakitkan.

Selanjutnya, mawadah itu mahabbah, cinta bersyarat. Baru cinta kalau syaratnya terpenuhi. Conditional love. Kalau rahmah itu cinta tidak bersyarat. Welas asih. Unconditional love. Misalnya ada kakek yang menyuapi nenek, istrinya yang stroke, dengan sabar dan ikhlas. Kakek mengelap mulut nenek dengan mesra. Cinta kakek terhadap nenek itu tidak bersyarat, berdasarkan welas asih.

Baca Juga:  Prodi Magister Ilmu Komunikasi UGM Gelar GSSC 2021

Untuk membangun keluarga sakinah penuh berkah, pasangan suami istri perlu memperhatikan empat pilar, komunikasi, kepuasan, menutup peluang aneh-aneh, dan komitmen keagamaan. Jika ada masalah, dikomunikasikan, secara terbuka dan lugas. “Persoalan itu diselesaikan, bukan hanya dirasakan,” ujar Ustadz Khoiruddin.

Untuk memuaskan pasangan, maka perlu saling memahami antara suami dan istri. Jika istri pengin ditemani di rumah, maka suami perlu menemani di rumah. Selain itu juga perlu guyon, agar tidak tegang dan kaku. Sekali-kali boleh nggombal. Misalnya saat berbincang dengan pasangan, suami mengatakan “Melupakan Tuhan neraka, melupakan orangtua durhaka, melupakan kamu mana bisa”.

Agar keluarganya sakinah mawadah warahmah, maka masing-masing pasangan berusaha menutup peluang yang aneh-aneh. Karena godaan bisa datang di berbagai tempat. Misalnya di rumah sakit jaga bareng, jika salah satu membuka peluang, maka akan tergoda dan dampaknya bisa mengganggu kehidupan keluarga.

Ustadz Khoiruddin mengingatkan kepada jamaah di Masjid Asy Syifa’ RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta agar dibiasakan ngaji bareng bersama pasangan hidupnya. Hal ini terkait dengan komitmen keagamaan. Usahakan jangan ada gap yang terlalu jauh tentang pemahaman keagamaan antara suami dan istri. (*)

Baca Juga:  Sekjend LBH SMSI ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Gunung Sugih, Kalapas memastikan Pelayanan dan Hak-Hak Warga Binaan Terpenuhi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *