Perupa Freddie Slamet Widodo, Ajak Anak-anak Mengenal Seni

Perupa Freddie Slamet Widodo, menunjukkan karya anak-anak di lingkungan Sanggar Lukis Watu Gelar, Banggan, Sukoreno, Sentolo. (Foto: Wiradesa).

KULONPROGO– Di tangan perupa Freddie Slamet Widodo lempeng batu putih yang mudah ditemukan di sekitar rumah dan tanah pekarangan, bisa disulap menjadi benda seni memikat. Di Sanggar Lukis Watu Gelar di Banggan Sukoreno Sentolo, batu putih dijadikan media menuangkan cat akrilik lalu dilukis. Karya lukis pada media batu pun menjadi pajangan cantik.

“Selain kertas dan kanvas, batu putih bisa menjadi media lukis. Corak lukisannya bermacam-macam. Dekoratif, bisa naturalis menggambarkan alam, karakter tokoh, hewan dan lainnya,” kata Freddie, Kamis 10 Oktober 2024.

Freddie melukis di media batu putih saat ia mulai tinggal di Banggan. Di sekitar pekarangan rumah mudah ditemukan bongkahan batu putih yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan. Ia memungut ukuran batu yang sesuai dan bentuk permukaannya memungkinkan buat dilukis.

“Batu dibilas bersih. Direndam pakai detergen semalam. Setelah itu sisa kotoran dibersihkan pakai sikat kuningan. Amplas halus. Diklir pakai akrilik, keringkan. Baru dilukis,” terangnya.

Apa yang dilakukan Freddie, berkreasi dengan lukisan pada batu rupanya menarik perhatian anak-anak sekitar sanggar. Terkadang mereka datang ke sanggar ikut mengamplas patung tatkala ia membuat patung. Lalu Freddie mengajak mereka untuk melukis. Dengan media cat akrilik digoreskan pada batu.

Baca Juga:  Jathilan dan Topeng Ireng Digemari Warga Banjarharjo

Tentu, terlebih dulu dia mengajari anak-anak dengan dasar-dasar melukis. Bagaimana mencampur cat, membuat bentuk, gradasi. Tak terasa lima tahun sudah kegiatan di sanggar berjalan. Sebagian karya anak-anak sekitar ditinggal dan dipajang sehingga para pengunjung sanggar leluasa menikmati karya-karya lukisan pada media batu.

“Misinya memang untuk mengenalkan seni kepada anak-anak. Karya yang ditinggal sebagai dokumentasi. Untuk edukasi. Jadi lukisan batu karya anak-anak ini belum dijual. Melihat anak-anak mau belajar dan semangat, sudah senang,” imbuh Freddie yang juga tengah sibuk tiap Sabtu mengajar anak-anak melukis di Program Art for Children di Taman Budaya Kulonprogo.

Di Program Art for Children, Freddie mengenalkan anak-anak pada aktivitas melukis pada media kertas, kanvas juga kegiatan mencetak topeng dan mewarnai topeng berbahan fiber.

“Di Program Art for Children banyak yang semula belum kenal seni lukis. Ternyata setelah melewati beberapa kali pertemuan dari keseluruhan jadwal 24 kali pertemuan, banyak yang akhirnya bisa melukis. Orang tua mereka ikut gembira dengan perkembangan putra-putrinya,” jelas Freddie yang baru saja kelar mengikuti program Praktisi Mengajar di ISI Yogyakarta.

Baca Juga:  Pos Pam Ops Ketupat Candi 2023 Satlantas Purbalingga Terbaik se Jawa Tengah

Melihat semangat anak-anak berkreasi di bidang seni, ia berharap agar para pemangku kepentingan baik tingkat kalurahan atau dinas di atasnya, sekolah, madrasah, pesantren ikut mendorong dan mendukung program pembelajaran seni khususnya bagi anak. “Anak dari usia TK sudah bisa mulai belajar mengenal seni. Untuk seni lukis, belajar membuat garis, lingkaran kecil, besar, disusun menjadi komposisi, mengenal pewarnaan, gradasi dan seterusnya,” ucapnya.

Di perkampungan yang sepi, dengan lingkungan sekitar kebun jati, Freddie dengan bersahaja menata sanggar lukisnya. Ia menerima siapa pun tamu yang datang. Beberapa tokoh seni pernah berkunjung dan memberi dukungan kepadanya.

“Beberapa profesor dari ISI Yogyakarta pernah datang berkunjung. Prof Timbul Raharjo almarhum, mantan Purek 3 Anusopati, Prof M Agus Burhan, kurator Hendro Wiyanto, beberapa sosok yang pernah datang dan ikut mendukung sanggar ini,” pungkasnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *