Relawan PMI DIY Dirikan Hunian Sementara dan Distribusikan Bantuan Kepada Korban Gempa Cianjur

Relawan PMI DIY bangun shelter rumah hunian sementara berukuran 4x6 meter bagi korban gempa Cianjur. (Foto: Teguh Wintolo)

CIANJUR – Tim relawan Palang Merah Indonesia (PMI) DIY tiba di Cianjur melaksanakan sejumlah kegiatan kemanusiaan di lokasi bencana gempa bumi yang terjadi 21 November 2022 lalu.

Teguh Wintolo, relawan PMI Kulonprogo yang turut serta dalam rombongan mengatakan, sebanyak 11 orang relawan diberangkatkan dari Yogya Jumat 9 Desember 2022.

Menurut Teguh, relawan berasal dari masing-masing kabupaten/kota sebanyak dua orang sementara satu orang berasal dari PMI DIY. “Kami mendistribusikan antara lain 10 rol terpal, tenda sebanyak 50 unit, mie instan 250 dus, alas tidur 10 bal,” ujar Teguh kepada wiradesa.co melalui sambungan seluler, Minggu 11 Desember 2022.

Tim relawan PMI DIY sesuai kebutuhan masyarakat setempat dibagi menjadi dua divisi yakni divisi distribusi bantuan dan tim shelter. “Di Desa Ciherang Pacet kami 7 relawan DIY bersama warga sudah membangun empat hunian sementara atau sheltar dari terpal rangka kayu kemarin terpasang empat unit hari ini mudah-mudahan bisa selesai 10 unit dari target membangun 150 shelter,” ujar Teguh.

Baca Juga:  UGM Kirim Tim Respons Cepat Penanganan Bencana ke Cianjur

Dengan adanya hunian sementara setidaknya bakal lebih nyaman tinggal serta lebih privasi ketimbang sebelumnya saat tinggal di barak pengungsian menempati sejumlah gedung dan tenda darurat secara bersamaan.

Pembuatan shelter hunian sementara berukuran 4×6 meter diperuntukkan bagi masing-masing kepala keluarga (KK) setidaknya untuk 4 bulan ke depan sembari menunggu proses rehabilitasi ataupun relokasi pemukiman dilaksanakan.

“Kondisi kerusakan akibat gempa termasuk parah sehingga tinggal di shelter hunian setidaknya lebih nyaman dan privasi meski terbuat dari atap dan dinding terpal dan rangka kayu. Karena karakteristik pengungsi lebih suka tinggal di barak bersama-sama. Warga lebih suka ngumpul dan tak banyak melakukan aktivitas lain,”papar Teguh seraya membandingkan dengan karakteristik pengungsi di wilayah lain yang terkadang lebih suka pergi ke ladang atau sawah dan baru pulang ke barak sore hari. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *