Slamet Saring, Dulu Tukang Becak di Jogja, Kini Juragan Bakpia “Bu Murto” di Kebumen

Murto, istri Slamet Saring, saat membuat bakpia di rumahnya, Sabtu subuh. (Foto: Wiradesa)

Nyawa saringan, hidup berliku, dan terus berusaha lebih baik yang menghantarkan Slamet Saring kini hidup penuh makna di tanah kelahirannya Jatisari, Jatimulyo, Petanahan, Kebumen. Rumahnya, selain untuk produksi bakpia, juga sebagai tempat berkumpul dan menjadi simpul pembelajaran bagi warga sekitar.

Kenapa di belakang nama Slamet diberi tambahan Saring? Ceritanya mengharukan dan menyentuh hati. Sewaktu Slamet lahir, ibunya meninggal dunia. Sebelumnya kakak-kakaknya meninggal dunia saat lahir. Namun ibunya tertolong nyawanya. Tetapi saat melahirkan Slamet, nyawa ibunya tidak tertolong.

“Kakak-kakaknya Pak Slamet, semuanya meninggal dunia saat baru lahir. Kalau tidak salah empat atau lima kakaknya yang meninggal saat lahir. Jadi hanya Pak Slamet yang hidup, tapi ibunya yang meninggal,” papar Sabit Banani, Kepala Desa Jatimulyo, Sabtu 6 September 2025.

Karena nyawa Slamet tertolong, maka oleh warga sekitar, nama Slamet ditambahi Saring. Warga Jatimulyo menyebutnya “nyawa saringan”. Nyawa yang ada di tubuh, jasad Slamet benar-benar istimewa, “Saringan”. Sehingga sampai sekarang Slamet dikenal dengan nama Slamet Saring.

Baca Juga:  Sudarto, Sediakan Rumah Singgah Bagi Tamu yang Belajar Herbal

Perjalanan hidup Slamet Saring penuh lika-liku. Dia sempat merantau ke berbagai daerah, di antaranya ke Yogyakarta dan bertahun-tahun menjadi tukang becak di sekitar Malioboro. Saat di Yogyakarta, manusia dengan nyawa saringan ini pernah menjadi tenaga pemasaran kue bakpia yang berproduksi di Patuk Yogyakarta.

“Saya dulu itu menjadi tukang becak di Yogyakarta dan pernah menjadi staf pemasaran bakpia 75 Yogyakarta,” cerita Slamet Saring saat berbincang dengan wartawan Wiradesa.co di rumahnya, Sabtu malam. Kebetulan Tim Wiradesa malam itu menginap di rumah Slamet Saring dan paginya menyelenggarakan pelatihan pengembangan usaha ternak domba di Jatimulyo.

Slamet Saring melanjutkan cerita pengalaman hidupnya. Setelah merasakan pahit getirnya hidup di kota, Slamet Saring memutuskan untuk pulang, kembali ke tanah kelahirannya di Padukuhan Jatisari, Kalurahan Jatimulyo, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Dia bersama istrinya mencoba berbagai usaha untuk menopang kehidupannya.

Pengalaman sebagai tenaga pemasaran bakpia di Yogyakarta yang mendorong keluarganya di desa mencoba memproduksi bakpia sendiri. Kebetulan istrinya, Murtofingah, suka membuat kue. Awalnya membuat roti berbahan baku kacang ijo, tetapi akhirnya fokus membuat kue bakpia dengan berbagai varian rasa.

Baca Juga:  Dua Wartawan Wiradesa.co Juara Lomba Jurnalistik Pariwisata Sleman 2020

“Akhir tahun 2023, saya mengikuti pelatihan membuat olahan pangan berbahan kacang ijo (roti). Lalu mengunjungi Esti Bakery (bakpia) 701 di Klaten. Setelah pelatihan selesai, kami terinspirasi membuat bakpia,” cerita Murtofingah, sambil menimbang potongan adonan kue untuk dibuat bakpia pada Sabtu subuh.

Setiap hari, sehabis subuh, Bu Murto bersama Slamet Saring mulai membuat bakpia. Mencampur adonan, menimbang, memotong-motong, dan membulatkan potongan menjadi bakpia dengan berbagai varian rasa. Bakpia yang diberi label Bakpia Green Kampoeng “Bu Murto” It’s all about taste and happiness. Harapannya, rasa dan kebahagiaan yang didapatkan ketika masyarakat memakan bakpia “Bu Murto”.

Varian rasa yang ditawarkan Bakpia “Bu Murto”, antara lain kacang ijo, keju, coklat, matcha, alpukat, kumbu hitam, dan ubi ungu. Harganya 1 boks isi 20 Rp 25.000. Kemudian yang 1 boks isi 10 harganya Rp 15.000. Kini Bakpia Green Kampoeng “Bu Murto” dari Jatimulyo cukup terkenal di Kebumen dan sekitarnya.

Slamet Saring yang dulu sebagai tukang becak di Yogyakarta, sekarang menjadi juragan bakpia di tempat kelahirannya Kampung Katisari, Jatimulyo, Petanahan, Kebumen. Rumahnya tidak hanya menjadi tempat produksi bakpia saja, tetapi juga sebagai tempat berkumpul warga untuk belajar usaha mandiri dan berbagi pengalaman hidup. (Ono)

Tinggalkan Komentar