MALANG – Kota Malang di Jawa Timur terdapat banyak bangunan lama yang sampai saat ini masih terawat. Bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda itu tidak hanya berada di pinggir-pinggir jalan besar saja, tetapi juga ada di tengah perkampungan.
Kawasan yang banyak bangunan berarsitektur Belanda itu, salah satunya Kampoeng Kajoetangan, Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Bahkan kampung ini sejak tahun 2018 menjadi destinasi wisata dan dikenal sebagai Kampoeng Heritage Kajoetangan. Pengunjung bisa belajar sejarah, berburu barang antik, dan menikmati kuliner jadul.
Wartawan Wiradesa.co, Kamis 24 November 2022, mencoba menyusuri Kampoeng Kajoetangan melalui sebuah Gang di Jalan Jenderal Basuki Rahmad. Untuk masuk kampung heritage, wisatawan dikenakan biaya Rp 5.000 per orang. Tiket masuknya berupa Kartupos bergambar Rumah Jengki Kampoeng Heritage Kajoetangan.
Penjaga di gang Jalan Basuki Rahmad seorang ibu. Meski sudah sepuh, tetapi Bu Sri, mampu menjelaskan soal bangunan kuno, kanapa menjadi kampung heritage, dan agenda apa saja yang diselenggarakan untuk menarik wisatawan. “Para tamu bebas melihat rumah-rumah peninggalan Belanda, tetapi tidak boleh masuk. Oh ya besok hari Sabtu diselenggarakan festival makanan jadul di Jalan Basuki Rahmad,” ujar Bu Sri.
Ada 7 gang masuk ke Kampoeng Heritage Kajoetangan. Sedangkan kampung ini terdiri dari 4 RW (RW 1, 2, 9, dan 10) dan ada 34 rumah yang ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Setiap rumah yang dikategorikan heritage ada tetenger di depannya. Seperti di rumah Mbah Ndut ada tetenger bangunan heritage.
“Rumah Mbah Ndut terletak di Jalan Basuki Rahmad Gang 4 Nomor 938. Rumah ini dibangun pada tahun 1923 dengan pemilik pertama keluarga Mardikyah. Bangunan berukuran 8,5 x 17,5 meter persegi ini beratap Pelana. Lama digunakan sebagai rumah tinggal keluarga Saadiyah. Ada tambahan bangunan di depan rumah yang digunakan menjadi café/ warung kopi”.
Saat menyusuri Kampoeng Heritage Kajoetangan, wartawan Wiradesa.co bertemu dengan Rudi Haris (65) pengurus Pokdarwis Kampoeng Heritage Kajoetangan. Kebetulan rumah yang ditempati Pak Haris juga ditetapkan sebagai bangunan heritage. Dia menjelaskan, ciri khas utama bangunan zaman Belanda, antara lain atap berbentuk Pelana, tegel berwarna hitam dan kuning. Kemudian bentuk daun pintu umumnya tinggi dan ada regol depan, serta pagar dilapisi traso. Bangunan tertua dibuat tahun 1870.

Selain melihat bangunan kuno, pengunjung juga bisa belajar sejarah arsitektur Belanda, berburu barang antik, dan menikmati kuliner jadul. Kue yang terkenal di Kampoeng Heritage Kajoetangan yakni Kue Ombeikuk. Setelah menyusuri kampung, wisatawan bisa duduk santai di café sambil menikmati Kue Ombeikuk dan minum teh panas legi kenthel.
Gang masuk Kampoeng Heritage Kajoetangan juga bisa diakses dari Jalan Arif Rahman Hakim. Wisatawan bisa melalui Gang II Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Jam berkunjung mulai pukul 08.00 sampai 18.00. Terdapat sejumlah tempat untuk minum kopi dan menikmati jajanan jadul, antara lain di Kafe Yowis, Warung Kopi Hamur Mbah Ndut, Warung STMJ, dan Depot Es Taloen. Selain itu di setiap gang, ada penjual gorengan serta minuman kopi dan teh.
Ditetapkannya Kajoetangan sebagai Kampoeng Heritage membuat kampung ini menjadi destinasi wisata tematik yang ramai dikunjungi wisatawan. Sekarang, warga kampung Kajoetangan aktif menjaga bangunan bersejarah, merawat lingkungan, dan pendapatan ekonominya meningkat. Sesuai dengan pepatah yang tertulis di Kartupos, tanda masuk Kampoeng Heritage Kajoetangan “Ngunduh wohing pakarti (tiap orang akan mendapat balasan setimpal atas perbuatannya)”. (Sukron Makmun)








