Manajemen Wiradesa Group yang mengelola 3 media siber, Wiradesa.co (Pelaksana dan Pengembang Jurnalisme Desa), Mandiripangan.com (Jurnalisme Pangan), dan Tunggal.co (Jurnalisme Pancasila), Senin 7 September 2025, beraudiensi dengan Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih.
Selain kulonuwun, karena kantor media Wiradesa Group di wilayah Bantul, tepatnya di Wiyoro The Residence B 1-2 Baturetno, Banguntapan, Tim Wiradesa juga berdiskusi dan melaksanakan wawancara khusus dengan H. Abdul Halim Muslih yang diamanahi menjadi Bupati Bantul dua periode (2021-2025 dan 2025-2030).
Hasil wawancara langsung akan disajikan kepada sedulur Wiradesa secara bersambung. Berikut petikan wawancara Tim Wiradesa.co, Sihono HT dan Sulistyo Budi Nurcahyo dengan Bupati Bantul, H Abdul Halim Muslih di ruang kerjanya, pada 7 September 2025.
(Wiradesa.co/WD) : Apa masalah utama yang dihadapi Kabupaten Bantul pada 2025 ini?
(Bupati Bantul Abdul Halim Muslih/AHM) ) : Bukan masalah tapi tantangan. Pada 2025 Bantul berupaya menyukseskan Program Bantul Bersih Sampah 2025.
(WD) : Apa langkah konkrit upaya itu?
(AHM) : Pemerintah Kabupaten Bantul telah mulai mengoperasikan tiga tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST). Menyusul dua TPST yang telah beroperasi lebih dulu yakni ITF Pasar Niten dan TPST Dingkikan, Argodadi, Sedayu, serta TPST Modalan Banguntapan yang resmi beroperasi mengelola sampah.
Pemkab Bantul pada Maret 2025 lalu telah mulai melakukan uji coba Intermediate Treatment Facility (ITF) Pusat Karbonasi Bawuran sebagai salah satu tempat pengelolaan sampah yang ada di Bantul. Saat ini ITF Bawuran baru menginsinerasi 50 ton sampah residu setiap harinya.
ITF Bawuran yang dibangun oleh Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Aneka Dharma, merupakan bagian penting dalam upaya mewujudkan Bantul Bersama (Bantul Bersih Sampah Tahun 2025). ITF ini telah diberikan izin oleh DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Bantul untuk membakar 50 ton sampah per hari. Saat ini Pemda Bantul berusaha memaksimalkan kapasitas pengolahan sampah ITF Bawuran (Instalasi Pengolahan Sampah) di Bantul, atau TPST Bawuran, diproyeksikan mencapai 300 ton sampah per hari untuk sampah residu dengan teknologi karbonasi dan insinerasi. Dengan mengolah sampah secara modern, diharapkan akan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Selain membangun infrastruktur seperti Tempat Pembungan Sampah Terpadu (TPST) dan ITF Bawuran, Pembab Bantul juga melakukan optimalisasi BUMKal dalam pengelolaan sampah. Selain itu, pemerintah daerah juga mengupayakan sistem desentralisasi dengan mendorong pengelolaan sampah di tingkat kalurahan.
(WD) : Apakah pengelolaan sampah ini hanya diserahkan ke Perumda Aneka Dharma?
(AHM) : Aneka Dharma merupakan pengelola fasilitas ITF Bawuran, yang dibangun dan bekerjasama atau ber KSO (Kerjasama Operasi) dengan PT SAE (PT Surya Agung Enterprise) untuk membangun teknologi pengolahan sampah modern, termasuk pembakaran sampah pada suhu tinggi, dengan target mengolah sampah residu dari Bantul dan wilayah sekitar DIY.
Kerjasama Aneka Dharma dengan PT SAE ini bisa menjadi mitra bisnis Pemkab Bantul dalam menerapkan ekonomi sirkular, mengubah sampah menjadi sumber daya ekonomi yang bernilai. PT SAE ini juga melakukan pemilahan sampah untuk mengambil plastik yang memiliki nilai jual, pembakaran sampah residu di insinerator, dan pengembangan produk dari sampah menjadi komoditas ekonomi seperti RDF (Refuse-Derived Fuel) yakni bahan bakar alternatif yang berasal dari sampah, dan juga bisa menjadi kompos.
(WD) : Kenapa pengelolaan sampah di Bantul ini diserahkan ke Aneka Dharma?
(AHM) : Karena Aneka Dharma adalah salah satu BUMD milik Bantul. Upaya Pemda Bantul menyerahkan pengelolaan sampah ke Aneka Dharma sekaligus upaya untuk menyehatkan salah satu BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) tersebut, sekaligus marevitalisasi dengan cara mencarikan solusi bisnis bagi Aneka Dharma agar bisa sehat, mandiri dan bisa setor ke kas daerah.
(WD) : Terkait BUMD di Bantul yang lain bagaimana?
(AHM) : BUMD lain yang kita sehatkan adalah Bank Bantul, dengan melakukan berbagai upaya seperti mengurangi tingginya NPL(Non-Performing Loan) atau kredit bermasalah, karena tidak tertagih, sebab lain karena debiturnya sudah meninggal, gagal bayar setelah jatuh tempo dan sebagainya.
Kita tidak ingin BUMD-BUMD ini tidak dijadikan ‘sapi perah’ para pejabat, makanya begitu saya menjadi Bupati Bantul pada 2020, saya lakukan pendisplinan khususnya pada direksi dan komisaris Bank Bantul, saya tekankan siapapun yang meminjam harus mengembalikan dan yang belum mengembalikan agar ditagih. Apakah yang meminjam itu pejabat maupun anggota dewan.
Pokoknya, siapapun saat mengajukan kredit, bahkan saya mencontohkan istri saya sendiri, kalau proposal pengajuan kreditnya tidak visibel dan tidak meyakinkan ya jangan diterima atau dikasih kredit. Bagaimana kalau pejabat tersebut memaksa (mengajukan kredit)?, lempar ke saya, karena saya juga telah menyampaikan kepada teman-teman anggota dewan, siapapun yang berurusan dengan Bank Bantul harus menyelesaikannya, karena pertimbangan demi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bantul. Setelah saya memberikan penekanan tersebut, direksi dan komisasaris tidak punya rasa takut lagi artinya setuju dengan komitmen saya untuk mendiplinkan diri demi menyehatkan Bank Bantul.
Alhamdulillah kebijakan saya ini berdampak positif karena bisa menurunkan NPL Bank Bantul. Saya ingin Bank Bantul memiliki paradigmanya harus mampu bersaing dengan bank-bank swasta. Kalau kalian tidak mampu bersaing dengan bank swasta, walaupun ini milik pemerintah, ya kalian akan kalah.
Jadi, jangan terus-menerus minta dekengan (dukungan) pemerintah, sehingga harus mampu bersaing dengan bank-bank swasta yang lain. Syukurlah kini devidennya sudah relatif besar jika salah mohon dikoreksi yakni sekitar Rp 4 miliar yang sudah masuk ke kas daerah, target saya sampai Rp 10 miliar.
Perhitungan saya itu berdasarkan total modal dalam indikator perbankan itu ada yang namanya ROE atau Return on Equity. (ROE ini menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang ditanam oleh para investornya). Ada Return on Asset atau ROA. (ROA menunjukkan seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk menciptakan keuntungan, dengan semakin tinggi nilai ROA, semakin baik dan efektif manajemen perusahaan dalam memanfaatkan aset). Aset ini termasuk dana pihak ketiga, makanya saya hitung bisa sampai Rp 10 miliar.
Makanya, kalau ingin sehat benar itu NPL Bank Bantul harus di bawah 2. Kita masih 4 koma, inipun oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah dinyatakan sehat karena sudah di bawah 5 persen. (PT BPR Bank Bantul berhasil menekan rasio Non-Performing Loan (NPL) di bawah 5% di tahun 2024, dengan angka 4,89% pada Januari 2025, jauh lebih baik dari tahun sebelumnya). (*)