KEDIRI – Kabupaten Kediri mencanangkan diri sebagai produsen kopi organik berkualitas di Jawa Timur. Kini ada 13 hektar lahan di lereng Gunung Wilis yang ditanami kopi organik dan diharapkan akhir tahun 2023 sudah melakukan ekspor.
Program Desa Inovasi Tani Organik (Dito) yang digalakkan oleh Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana kini merambah ke komoditas kopi. Pihaknya menargetkan dalam waktu dua tahun mendatang, hasil dari progam tersebut sudah siap di ekspor.
Upaya yang dilakukan bupati muda yang disapa akrab Mas Dhito ini melihat karena adanya potensi kopi yang besar di wilayah lereng Gunung Wilis. Menurut Mas Dhito, dengan memiliki luas 35 hektar lahan ditargetkan tahun depan akan menjadi pusat kopi organik.
Kemudian, pihaknya juga menyebutkan akan menunjuk Desa Jugo, Kecamatan Mojo, sebagai pilot projek tersebut yang nantinya kopi organik ini akan dikerjakan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). “Kita akan lakukan pendampingan end to end-nya. Jadi, biar bisa mencetak biji yang benar berkualitas ekspor,” kata Mas Dhito, kepada Koran Memo, Sabtu 9 April 2022.
Untuk mencetak biji kopi kualitas ekspor itu, lanjut Mas Dhito, pihaknya sudah meminta kepada Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun), Anang Widodo untuk membuat dan mengurus dengan baik production house atau rumah produksi untuk kopi. “Terutama saat kopi sudah masuk di Production House ini. Kalau production housenya baik, maka akan menghasilkan kopi yang baik juga,” tegasnya.
Terlebih tahun depan akan beroperasinya bandara, Kabupaten Kediri bakal menjadi titik tumpu baru setelah Surabaya. Kemudian, menyambut hal tersebut kopi bakal jadi salah satu primadona untuk UMKM yang mempunyai daya jual tinggi selain nanas dan mangga podang.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri, Anang menyebutkan, selain pengembangan kopi organik, gapoktan juga akan mendapatkan stimulan hewan ternak berupa kambing sebagai pemasok kotoran yang akan dijadikan sebagai bahan pupuk organik untuk tanaman kopi. “Ada penguatan ternak. Gapoktan akan mendapatkan kambing yang akan berkembang biak. Dan kotorannya, akan dikembalikan menjadi pupuk untuk kopi,” ucapnya.
Perihal target ekspor yang dicanangkan Mas Dhito, Anang menuturkan jika produksi lancar, di akhir tahun 2023 atau awal 2024 Kabupaten Kediri sudah bisa ekspor minimal 1 ton kopi organik. Terakhir, ia menambahkan bahwa tujuan ekspor yang direncanakan ada 10 negara termasuk dari negara Timur Tengah dan Malaysia. (*)