Peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika Siap Wujudkan Harmonisasi Keberagaman

Peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika di Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Senin (23/6/2025), bergandengan tangan siap semangat mewujudkan harmonisasi keberagaman dan toleransi beragama di DIY. (Foto: Ilyasi)

SLEMAN – Peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika di Ngaglik, Sleman, Senin, 23 Juni 2025, bertekad mewujudkan harmonisasi keberagaman dan menjaga toleransi beragama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka bergandengan tangan sebagai simbol nyawiji, greget, sengguh, ora mingkuh, untuk melawan disintegrasi dan intoleransi yang mengancam keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keberagaman bukanlah sumber perpecahan, melainkan dipandang sebagai kekuatan yang harus dirawat bersama. Semangat ini mencerminkan tekad untuk menjaga keharmonisan dengan menjunjung nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan menghargai perbedaan.

Melalui sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika di Pendhapa Krida Manunggal Budaya Gadingan, Sinduharjo, Anggota Komisi D DPRD DIY, Rita Nurmastuti, menegaskan bahwa keberagaman merupakan kekayaan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. “Beragam agama atau keyakinan tidak perlu menjadi pertentangan. Kita harus sama-sama menjaga keguyuban dan kerukunan,” ujarnya.

Kolonel Revin menyoroti keterkaitan antara pertahanan semesta dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, pertahanan negara bukan hanya tanggung jawab militer, melainkan juga seluruh rakyat Indonesia. Sementara nilai persatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika adalah fondasi dari sistem pertahanan Semesta ini.

Baca Juga:  Condongcatur Menuju Kalurahan Mandiri dalam Pengelolaan Sampah

Ia juga mengingatkan bahwa ancaman terhadap bangsa saat ini tidak hanya bersifat fisik, tapi juga ideologis, ekonomi, sosial budaya, dan politik. Karena itu, seluruh elemen masyarakat harus waspada dan solid menjaga persatuan.

Para narasumber Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika. (Foto: Ilyasi)

Senada dengan itu, Bagus Wahyu Hartono dari PPSDM Regional Yogyakarta mengingatkan kembali empat tujuan besar bangsa Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Ia menyebut bahwa cita-cita kemerdekaan seperti kedaulatan, keadilan, dan kemakmuran, hanya bisa dicapai jika masyarakat memiliki kesadaran kebangsaan dan kebersamaan.

“Kita hidup di bawah satu atap yang bernama Indonesia. Maka, kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga agar rumah besar ini tetap nyaman dan aman bagi seluruh penghuninya,” kata Bagus.

Di sisi lain, Sihono HT, praktisi media dan Direktur Pers Pancasila PWI Pusat, memperkenalkan kepada peserta tentang proposisi nilai: belajar, berkarya, dan berbagi. Sebuah proposisi yang memadukan antara pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran.

“Jangan pernah berhenti belajar dan berkarya. Buatlah karya baik teks, foto, video, atau grafis yang menarasikan keharmonisan masyarakat khususnya di Yogyakarta,” ujar Sihono yang menekankan kepada peserta agar tidak berhenti hanya pada proses belajar dalam kegiatan Sinau Bhinneka Tunggal Ika, tetapi juga aktif berkarya dan berbagi di tengah masyarakat.

Baca Juga:  KKN UGM Berdayakan Masyarakat Maluku

Ketua Tim Kegiatan Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika, Winarni, menjelaskan kegiatan yang diselenggarakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DIY ini merupakan implementasi dari Perda DIY Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Upaya untuk merajut harmonisasi dalam keberagaman dan toleransi beragama ini rencananya pada tahun 2025 digelar 78 kali. (Ilyasi)

Tinggalkan Komentar