YOGYAKARTA – Prof. Dr. Endang Semiarti, M.S., M.Sc. dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Biologi UGM, Selasa 24 Agustus 2021. Dalam upacara pengukuhan yang dilangsungkan di Balai Senat UGM, Endang menyampaikan pidato berjudul “Pemanfaatan Kultur Jaringan Tumbuhan dalam Pengembangan Bioteknologi Tanaman Anggrek”.
“Topik yang saya angkat pada kesempatan kali ini mengajak saya untuk kembali memutar memori pada awal mula saya meniti karier di Fakultas Biologi UGM. Pada saat itu Dekan Fakultas Biologi UGM Almarhum Prof. Dr. Ir. Wibisono Soerodikoesoemo, M.Sc. memberikan amanah kepada saya untuk bergabung di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan,” kata Endang.
Ia mengungkapkan, beberapa dekade ini bidang biologi molekuler seolah menjadi aras dan alat yang sangat umum dan penting dalam menguak peranan sel serta molekul penyusunnya. Bidang ini perlahan dapat menjawab perubahan dramatis setiap siklus hidup pada tumbuhan.
Sejak pertama kali diamati oleh Robert Hooke pada tahun 1665, sel menjadi suatu objek yang hingga saat ini masih menarik untuk diteliti. Kemudian, dasar molekuler dalam perkembangan tumbuhan pada 1995 menurutnya adalah salah satu tema yang menarik.
“Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang biologi molekuler menyebabkan pemuliaan tanaman berkembang dengan sangat pesat. Saat ini aplikasi biologi molekuler telah berhasil digunakan untuk melakukan penyisipan gen ke dalam genom tanaman,” terangnya.
Ia menyebut, penelitian terhadap tanaman anggrek yang ia lakukan merupakan amanah sekaligus tantangan yang berasal dari Almarhum Prof. Ir. Moeso Suryowinoto. Menurutnya saat ini belum banyak yang menggunakan anggrek sebagai tanaman model dalam penelitian bidang molekuler karena siklus hidup anggrek yang relatif lama.
Kemajuan bioteknologi anggrek, terangnya, berhubungan erat dengan perkembangan industrialisasi anggrek baik di tingkat nasional maupun internasional. Penelitian dasar yang ada saat ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, serta mendapatkan varietas baru yang unggul.
Namun, perkembangan pengetahuan yang pesat kini memunculkan satu teknik yang dianggap paling presisi dalam menyunting gen dan memunculkan sifat unggul baru. Teknik penyuntingan gen ini disebut dengan Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats-Endonuclease Associated Protein Cas9 (CRISPR-Cas9).
“Sistem genome editing merupakan metode rekayasa genom untuk membuat sekuens DNA termutasi baik dengan cara insersi, delesi maupun substitusi,” papar Endang.
Pada penelitian yang ia lakukan sebelumnya, metode ini diaplikasikan pada anggrek P. amabilis dengan mendisrupsi gen Phytoene Desaturase 3 (PDS3).
Menurut Endang, pemanfaatan kultur jaringan tumbuhan secara umum dilakukan sebagai metode perbanyakan tanaman secara cepat dan massal. Selain itu, teknik ini juga memungkinkan para peneliti untuk mengetahui peranan gen serta regulasi yang terjadi secara seluler. Pemuliaan tanaman anggrek dengan memanfaatkan bioteknologi menurutnya masih perlu ditingkatkan.
“Salah satu teknik molekuler terkini, CRISPR/Cas9, diharapkan dapat menjadi metode yang paling presisi dalam mendapatkan tanaman anggrek dengan sifat yang baru,” paparnya. (*)