TANAH gersang dan berbatu karang tidak menyurutkan Gestianus Sino untuk menjadi petani di tanah kelahirannya Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan kerja kerasnya, anak muda lulusan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang ini mampu mengolah tanah gersang menjadi lahan pertanian terpadu.
“Kalau mau mulai berusaha jangan banyak berpikir,” pesan Gestianus Sino, Duta Petani Milenial asal NTT tersebut kepada generasi muda yang ingin bertani. Gesti tidak banyak berpikir tentang sulitnya lahan, susahnya cari air, tanaman apa yang cocok, dan bagaimana nanti menjual hasil pertaniannya.
Dengan tekad yang membara, Gesti ingin bertani di tanah kelahirannya Desa Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang Tengah, NTT. Dari uang hasil kerjanya, pemuda ini membeli tanah sekitar 1.000 meter persegi. Selanjutnya tanah berbatu karang itu diolah untuk menjadi kebun pertanian terpadu.
“Saya kerja selama dua tahun untuk mengolah tanah berbatu karang menjadi kebun seperti ini,” ujar Gesti sambal memperlihatkan kebun GS Organik Terpadu di Desa Penfui Timur, belum lama ini. Dia mencungkil batu, menambah kompos, memberi serbuk gergaji, dan mengupayakan air, agar lahannya bisa ditanami sayur mayur dan buah-buahan.
Ada 23 jenis sayur yang berhasil ditanam di lahan GS Organik Terpadu. Ada bayam, brokoli, sawi, kangkung, dan lainnya. Selain tanaman sayur-sayuran dan hortikultura, di lahan yang semula tandus itu juga digunakan untuk berternak kambing, ayam, dan untuk budidaya ikan lele. Jadi memadukan usaha pertanian, peternakan, dan perikanan.
Sebagai petani milenial, Gesti memanfaatkan teknologi untuk ketepatan dan kecepatan. Ketepatan waktu tanam, pemupukan, dan panen. Kemudian kecepatan memasarkan hasil panennya, dengan memanfaatkan media sosial dan platform media yang tersedia. Pemasarannya berbasis internet.
Selain bertani langsung, Gesti juga aktif berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada anak-anak muda yang ingin menjadi petani. Dia mengingatkan, sekarang ini sudah beda, kalau dulu menawarkan ide dengan proposal, sekarang harus dalam bentuk kerja. Karya nyata itu yang mampu menarik berbagai pihak untuk mendukung usahanya.
Gesti meyakinkan kepada petani muda bahwa bidang pertanian itu tidak pernah ingkar janji. Jika diupayakan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras, maka hasilnya akan membahagiakan. “Manfaatkan waktu, setiap jam, hari, minggu, bulan untuk bekerja. Jangan banyak berpikir, terpenting rencanakan, olah lahan, dan tanam,” papar Gesti.
Sedangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan masa depan Indonesia ada di desa dan bidang pertanian merupakan sumberdaya potensial, strategis, penting, dan menentukan. Jadi kekuatan bangsa Indonesia ada di pertanian. Ketersediaan pangan menjadi penting untuk diupayakan.
Sejumlah masalah, seperti mindset petani, pengolahan pascapanen, dan pemasaran ke seluruh dunia, perlu dipecahkan dengan teknologi. Petani milenial yang melek teknologi, harus hadir untuk memecahkan masalah yang selama ini dihadapi para petani Indonesia. (*)








