KLATEN – Petani boleh berbahagia di musim panen padi pertama tahun ini, karena harga tebasan (jual borongan di sawah) cukup bagus. Harga terendah musim ini bertengger di harga Rp 4 juta per seperempat hektar. Ini artinya lebih baik dari musim sebelumnya harga terendah hanya Rp 3 juta perseperempat hektar. Setidaknya demikian pengakuan Kananto (52th), Ketua Kelompok Tani Waluyo, Desa Tambong Wetan Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten, kepada reporter Wiradesa, Minggu 7 Maret 2021.
Ketika ditemui di rumahnya, Ketua Kelompok Tani yang sekaligus Ketua RT 02 RW 07 Desa Tambong Wetan ini menyatakan harga tebasan musim ini cukup memuaskan. “Hanya saja harga jual tidak bisa maksimal, karena memang hasil musim tanam kali ini tidak maksimal,” tuturnya. Rentang harga tebasan musim ini berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per semperempat hektar. Menurut Kananto seharusnya harga jual bisa mencapai Rp 6 juta per patok atau per seperempat hektar.
Tidak optimalnya hasil tanam musim ini menurutnya dikarenakan kurangnya pemupukan. Ditambahkannya hal ini terjadi bukan karena petani tidak memahami metode dan dosis pemupukan. “Kendala utamanya adalah petani mengalami kesulitan mendapat pupuk bersubsidi. Sementara selisih harga pupuk antara pupuk bersubsidi dan non subsidi mencapai 100 ribu rupiah per kantong atau per 50 kilogram,” ungkapnya sambil memperbaiki disel untuk pengairan.
Kebutuhan pemupukan per seperempat hektar berkisar antara 150 kg sampai 200 kg. Sehingga rata – rata petani harus mengeluarkan biaya ekstra atara Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu.. Karenanya banyak petani yang tidak mampu memberikan dosis pemupukan optimal yang pada akhirnya mempengaruhi hasil dan ujung-ujungnya menentukan harga jual tebasannya.
Hal senada diakui oleh Joko Welut, seorang petani anggota kelompok Waluyo. Menurutnya meskipun memiliki kartu Tani tidak menjamin bisa mendapatkan pupuk bersubsidi. Joko mengaku beberapa kali berusaha mencari dan mempertanyakan kepada ketua Kelompok Tani, tetapi Ketua Kelompokpun tidak bisa memberikan jalan keluar.
Memang diakui Kananto, bahwa dirinya sudah mencari atau mempertanyakan kepada petugas penyuluh lapangan. “Petugas mmengatakan saya harus mendapatkan rekomendasi dari kecamatan. Nyatanya saya juga tetap saja mendapatkan pupuk dengan harga subsidi,” tandasnya. Tetapi Kananto hingga saat ini masih berupaya untuk mencari informasi dan kepastian untuk dapat memperoleh pupuk subsidi. (HB Budiyanto)