Julin, Tamat SMA Sempat Bikin Batu Bata

Camat Poncowarno, Julin SSTP MSi. (Foto: Wiradesa)

KEBUMEN – Motivasi kelak bakal menjadi aparatur sipil negara (ASN) tak pernah terlintas dalam benak Julin SSTP MSi saat masih sekolah SMA. Julin yang kini menjabat sebagai camat Poncowarno Kabupaten Kebumen justru lebih berminat menjadi seorang anggota TNI. Karena itulah, semasa belajar di SMA Negeri I Kebumen, ia banyak menggembleng diri ikut ekstra kurikuler judo.

“Tak pernah membayangkan akan menjadi camat. Saat SMA, maunya setelah tamat bisa masuk tentara lewat jalur Akmil namun ternyata tak memenuhi syarat. Kalau pilihan untuk kuliah jelas agak berat. Nggak kuat biaya. Pilihan selanjutnya masuk sekolah kedinasan yang dibiayai negara,” kenang Julin saat ditemui wiradesa.co di Kantor Kecamatan Poncowarno, Kebumen, Kamis 27 Oktober 2022.

Tamat SMA pada 1999, cita-cita sosok sederhana kelahiran Desa Dorowati Kecamatan Klirong masuk sekolah kedinasan kesampaian. Ia lulus tes masuk Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor, Bandung. Terlahir dari keluarga petani, Julin mengatakan, buat biaya sekolah sampai lulus SMA banyak tertolong beasiswa. Berangkat dan pulang sekolah dibiasakan mengonthel sepeda.

Baca Juga:  Cara Membuat Larutan Perangsang Buah

“Untuk naik angkutan, jelas tak mampu. Nggak ada biaya bayar angkutan umum. Berangkat ngepit (bersepeda) tak pernah berpikir apa-apa. Namun setelah dijalani setiap hari nyepeda, kepikiran juga bagaimana bila tiba-tiba ban bocor. Padahal sama sekali tak bawa uang saku,” ujar Julin yang akhirnya menyisihkan uang saku buat jaga-jaga seandainya ban sepeda tiba-tiba sampai bocor.

Anak bungsu dari lima bersaudara putra pasangan Moh Jajuli dan Jumiati menceritakan, sembari menunggu pengumuman lulus tes masuk STPDN ia menghabiskan waktu buat mencetak batu bata merah sekadar menambah pemasukan keluarga. “Dukungan orangtua pasti. Meski tak terucap, pada saat daftar STPDN ibu selalu mendoakan setelah salat. Kalau bapak sudah meninggal saat saya kelas satu SMA,” kisahnya.

Prihatin dan selalu berpenampilan sederhana diakui Julin lekat dengan kesehariannya. Bahkan saat awal-awal masuk kerja sebagai staf kepegawaian Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kebumen, ia bertahan dengan sepeda karena belum mampu beli motor. “Karena malu, nyepedanya pakai jaket,” timpalnya sembari menjelaskan, gemblengan keras pada bela diri judo membuat mental dan fisik kuat tertempa apalagi ditambah kebiasaan nyepeda dari Dorowati ke Kebumen sepanjang 15 kilometer ditempuh tiap sekolah SMA.

Baca Juga:  Belajar Otodidak, Heni Tekuni Kerajinan Rajut
Julin bersama istri Resti Nur Rahmanti dan kedua anaknya Faik Hakam Tsaqib dan Jihan Amirah Tsaqib. (Foto: Wiradesa)

Dikatakannya, selama sembilan tahun ia bekerja di Kantor BKD. Jabatan struktural dimulai di Kecamatan Adimulyo sebagai Kasi Trantib, lalu pindah ke Kecamatan Sruweng Kasi Tata Pemerintahan. Dua tahun ia menjabat sebagai PJ kepala desa Purwodeso, Sruweng, sambil menyelesaikan jabatan PJ ia ditunjuk menjabat sebagai lurah Panjer, Kebumen. Berikutnya pindah ke Kecamatan Puring sebagai sekretaris kecamatan (sekcam). Pindah ke Klirong juga sebagai sekcam. Sebelum menjabat sebagai camat Poncowarno pada Mei 2022, Julin lebih dahulu diamanahi sebagai camat Kecamatan Padureso.

Mengemban amanah jabatan sebagai camat, Julin memandang era kini merupakan era pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi wilayah. Di wilayahnya, potensi pertanian diantaranya rempah kapulaga, jahe. Hasil panen rempah kebanyakan dijual kering oleh petani.

“Potensi alam yang belum tergarap, seperti di Desa Kali Tengah terdapat mata air yang ceritanya sejak dulu telah dimanfaatkan airnya untuk air minum, seperti umbul, pihak kecamatan mendorong agar masyarakat mau berswadaya terlebih dulu mengembangkan kawasan tersebut sebagai wisata desa. Apa yang bisa dilakukan, jalankan dulu. Saya tak bosan memotivasi agar potensi alam tersebut bisa dioptimalkan pemanfaatannya termasuk untuk wisata guna mendongkrak pendapatan asli desa dan meningkatkan kesejahteraan warga,” imbuh suami dari Resti Nur Rahmanti dan ayah dari Faik Hakam Tsaqib dan Jihan Amirah Tsaqib. (Sukron)

Baca Juga:  Rumah Dongeng Mentari Adakan Workshop Mendongeng “Imajinasi Indonesia”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *