BANTUL – Lahan yang dulu dikenal tandus dan kering ini, sekarang menjadi tanah produktif yang mampu memenuhi kebutuhan pangan para santri dan pengelola Pondok Pesantren ISC Aswada Lintang Songo di Pagerjurang, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Area seluas 4 hektar dimanfaatkan menjadi Lintang Songo Garden dan akan dikembangkan menjadi Lintang Songo Edupark.
Lintang Songo Garden dirancang menjadi kawasan yang memadukan usaha pertanian secara terintegrasi. Integrated Farming. Ada area untuk peternakan, perikanan, perkebunan, persawahan, dan usaha produktif rumah tangga. Bahkan sekarang dilengkapi dengan Resto, tempat pertemuan, dan sarana penunjang lainnya.
Dengan ketekunan dan kerja keras Pimpinan Pesantren Lintang Songo serta para santrinya, mampu memanfaatkan lahan tandus menjadi lahan produktif. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan menaikkan air Sungai Opak yang terkenal beraliran deras. Pengasuh dan para santri memasang pompa genset dan pipa paralon berdiameter 6 dim sepanjang 600 meter.
Air yang dipompa dinaikkan ke bak penampungan. Selanjutnya disalurkan untuk mengairi lahan persawahan, perkebunan, kolam perikanan, dan kebutuhan lainnya. “Alhamdulillah, lahan sekitar 4 hektar ini sepanjang tahun terus menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan pangan para pengelola, santri, dan warga sekitar,” ujar KH Heri Kuswanto, pimpinan Ponpes ISC Aswaja Lintang Songo, Jumat (22/1/2021).
Saat wartawan Wiradesa berkunjung ke Ponpes Lintang Songo, Kyai Heri mengajaknya berkeliling di Lintang Songo Garden yang tidak jauh dari pondok. Hamparan persawahan terlihat hijau menyejukkan. Di pinggirnya terdapat kandang ayam, kambing, sapi, tempat budidaya jamur, kolam ikan, tanaman sayur, buah-buahan, dan ada resto serta tempat pertemuan yang representatif. Nikmatnya menikmati sajian kuliner ndeso sambil menatap hamparan berbagai tanaman dan pinggir pegunungan.
Dengan pemandangan yang menawan, maka tidak heran jika ada sejumlah pejabat, mulai dari tingkat daerah sampai pusat pernah mengadakan pertemuan di Resto Garden. Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Bantul terpilih sering berkunjung ke Lintang Songo. Sejumlah akademisi juga tidak jarang mengadakan rapat atau pertemuan di Resto Tan Ndeso, tempat makan yang ada di kawasan Lintang Songo Garden.
Tercatat ada tamu dari 29 negara yang telah berkunjung ke Lintang Songo. Para tamu dari manca negara itu, antara lain dari Perancis, Australia, Amerika Serikat, Srilangka, Mesir, India, Filipina, Bangladesh, Laos, Myanmar, Papua Nugini, Thailand, dan Timor Leste. Mereka sangat tertarik, ternyata ada tempat belajar agama di Indonesia juga mengajarkan soal ketahanan pangan.
Kawasan yang rencananya dijadikan Lintang Songo Edupark, menjadi tempat untuk menempa 70 santri untuk belajar mandiri. Mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. “Para santri di sini, selain belajar ngaji, juka belajar pendidikan umum dan keterampilan. Diharapkan setelah lulus, ngerti agama dan terampil bekerja,” ujar Ustadz Haidar SPdI, salah seorang pengasuh Ponpes Lintang Songo.
Ponpes Lintang Songo yang ada di Pagergunung, saat ini (Januari 2021) mengasuh 70 santri (27 putra 43 putri). Usia pendidikan santri mulai dari SD sampai S2, non sekolah, dan dewasa. Mereka diasuh 5 ustadz dan 1 ustadzah. Para santri berasal dari 26 kabupaten/kota, di antaranya dari Aceh, Tapanuli, Medan, Padang, Palembang, Lampung, Banten, Jakarta, Bandung, Subang, Ciamis, Pemalang, Ngawi, Pacitan, Jember, Probolinggo, Kalimantan, NTT, Ambon.
Pimpinan Ponpes Lintang Songo KH Heri Kuswanto menjelaskan visi pendirian Lintang Songo menekankan pada kualitas, mandiri, dan bermanfaat. Misinya memahami Islam secara kafah, mendidik keterampilan, dan menjadikan para santri peduli sosial. “Diharapkan setelah lulus mampu mandiri, dapat ilmu, bisa ngaji, dan terampil bekerja, serta nikah,” tegas Kyai Heri.
Latar belakang para santri itu macam-macam. Ada yang tahu agama, tak bisa bekerja. Bisa bekerja, tidak tahu agama. Lintang Songo mengajarkan agar, selain mengerti agama, juga terampil bekerja. Maka sistem pendidikan yang diterapkan, sekolah, ngaji, keterampilan. No. punishment, teladan dan doa.
Kebutuhan 70 santri untuk listrik, air PDAM, telepon, makan dan minum totalnya Rp46.200.000 per bulan. Para santri 90% gratis. Untuk memenuhi kebutuhan para santri, pengelola mengupayakan agar tercukupi dari hasil unit produksi yang terintegrasi, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, dan home industry. Selain juga ada berbagai pihak yang membantu untuk operasional pondok.
Dari hasil pertanian terpadu, mampu memenuhi kebutuhan beras 15 kg per hari, aneka sayur, terong, sawi, kacang, creme, gambas, oncom. Berbagai lauk pauk, seperti ikan lele, nila, gurame. Memenuhi kebutuhan buah dan daging. Cara bertaninya juga unik khas Lintang Songo. Terpadu ada tempat wudlu, sisa airnya disalurkan ke kolam untuk memelihara ikan. Air dari kolam untuk menyirami tanaman buah jambu, jeruk, sirsat, pepaya, mangga, dan lainnya.
Selain itu juga ada tanaman keras, seperti jati, sengon, dan sana yang jumlahnya sekitar 5.000 an pohon. Aneka tanaman herbal, seperti salam, mengkudu, binahong, dan telang. Jadi Lintang Songo Garden memang komplit, ada sawah, ternak, kebun, kolam, yang dikelola secara terpadu. Saat ini juga memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Misalnya pada kolam ikan. Pengelola memanfaatkan teknologi internet. Ponpes Lintang Songo bekerja sama dengan Universitas NU memasangkan alat di kolam untuk mengukur PH dan suhu air. Dengan cara itu kestabilan oksigen terjaga dan ikan terpelihara dengan baik. Selain itu dengan aerotor, air bisa diputar untuk menyirami tanaman sayur yang ditanam di atas kolam.
Salah seorang santri, Fendi Susilo mengungkapkan selain dirinya bisa belajar ngaji, bertani, juga keterampilan home industry. Belajar bagaimana mengelola usaha laundry, pembuatan es, roti, sabun cuci, parut kelapa, giling tepung, konveksi, persewaan alat pesta, kursi, dan pengolahan kompos. “Setelah selesai nyantri, semoga saya bisa buka usaha sendiri,” kata Fendi.
Dengan usaha yang dijalani selama ini, Ponpes Lintang Songo tepatnya beralamat di Dusun Pagergunung 1 RT 01, Kelurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, DI. Yogyakarta, mendapat sejumlah penghargaan. Antara lain penghargaan ketahanan pangan oleh Presiden SBY pada 3 Desember 2010. Hutan pesantren dari Menteri Kehutanan. Pesantren wawasan lingkungan hidup dari Menteri LH, dan pertanian LM3 dari Menteri Pertanian.
Semoga Lintang Songo Garden menjadi Lintang Songo Edupark. Sebuah kawasan yang bisa menjadi tempat untuk menempa para santri dan masyarakat guna belajar pertanian secara terpadu. Integrated, terpadu tak ada yang terbuang. Semoga menghasilkan generasi yang berkualitas, mandiri, dan bermanfaat. (Ono/Wiradesa)