KEHIDUPAN yang keras, miskin, susah, dan serba kekurangan semasa kecil, membuat remaja bernama Sapar Riyanto (24 tahun) kini berkarakter ksatria yang tangguh dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Mantan anak jalanan itu sekarang menjadi penolong anak jalanan di Yogyakarta.
“Saya lahir di Yogyakarta pada tanggal 15 Mei 1998. Berasal dari keluarga miskin yang bekerja di jalanan. Bapak tukang becak dan ibu pemulung. Orangtua berpindah-pindah dan sejak kecil saya hidup di jalanan,” ujar Sapar saat berbincang dengan Wiradesa, Senin 15 Agustus 2022.
Remaja yang tinggal di Kampung Badran, Kelurahan Bumijo, Kemantren Jetis, sejak kecil menjadi pengamen jalanan. Dia sering tidur di emperan toko dan Pasar Beringharjo. Karena kalau balik ke Badran tidak punya teman. Hampir semua rekan sebayanya bersekolah, tetapi Sapar kecil hidup di jalanan, mencari uang untuk bertahan hidup.
Pada tahun 2010, Sapar bertemu dengan Komunitas Save Street Child di Yogyakarta. Putra pasangan Sutrisno dan Sriwigati ini mengaku memiliki pandangan baru bahwa dirinya tidak bisa hidup selamanya di jalan.
Setelah berproses, pada tahun 2018, Sapar bersama teman-teman komunitas membentuk Perkumpulan Harapan Fian Yogyakarta. Tujuannya supaya teman-teman seperti dirinya bisa mentas dari jalanan.
Sapar ingin memberi motivasi kepada orang muda di sekitarnya untuk peduli terhadap masalah sosial dan terlibat dalam penyelesaian masalah tersebut. “Saya ingin apa yang saya lakukan hari ini bisa berlanjut,” tegasnya.
Perkumpulan Harapan Fian, menjalankan beberapa kegiatan, antara lain mendampingi anak-anak jalanan untuk membuat identitas kependudukan. Kemudian mendampingi untuk mengakses layanan kesehatan, dan mendampingi anak-anak untuk mengikuti program Kejar Paket.
“Saya mendukung anak-anak supaya tetap bersekolah. Banyak anak-anak di sekitar tempat tinggal saya tidak bersekolah atau putus sekolah. Saya membantu mereka supaya bisa bersekolah,” kata Sapar.
Sapar merasa tidak memperoleh Pendidikan yang layak saat kecil. Padahal Pendidikan itu sangat penting. Makanya dengan kesibukannya sebagai pekerja social, Sapar menyempatkan untuk mengikuti Kejar Paket C (setara SLTA). Sebelumnya, dia mengikuti Kejar Paket B (setara SLTP). “Jika lulus Kejar Paket C, saya ingin melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum,” ujar pesilat Merpati Putih.
Relawan SAR Bela Negara ini juga membimbing anak-anak untuk berperilaku baik. Membuang sampah di tempatnya dan beribadah dengan taat. Juga mendapingi komunitas remaja jalanan. Melalui program Posyandu Jalanan, Sapar mendampingi anak-anak jalanan yang mengalami masalah kesehatan.
Testimoni Siswi SMK
Marta Cahya, siswi kelas 2 SMK Negeri 1 Yogyakarta, ini menangis sesenggukan saat menyampaikan testimoninya terhadap apa yang dilakukan Sapar. Ketika menjadi pengamen jalanan, Marta pernah mau digaruk dan dinaikkan truk Satpol PP. Namun upaya aparat Pemkot Yogyakarta tersebut digagalkan oleh Sapar.
“Mas Sapar tidak hanya menolong saya saat saya mau diangkut Satpol PP, tetapi juga membantu mengambilkan raport, saat orangtua saya tidak mampu membayar uang SPP,” ungkap Marta sambil terisak. Mas Sapar bukan orang kuat, tetapi bisa menolong. Mas Sapar bukan orang kaya, tetapi bisa membantu.
Prinsip hidup Sapar sangat mulia. Hidup bermanfaat, ingin membantu sesama, khususnya para anak jalanan. Remaja berusia 24 tahun ini dulu anak jalanan, sekarang penolong anak jalanan. Aja gumunan. Aja getunan. Aja kagetan. Aja aleman. Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg, jangan manja. (*)