SLEMAN – Kondisi ekonomi yang tidak baik-baik saja saat ini, berdampak pada pendapatan pelaku usaha di Sentra Olahan Bebek Nglengis, Banyurejo, Tempel. Setiap perajin olahan bebek, rata-rata penghasilannya turun 60 persen.
Padukuhan Nglengis, Kalurahan Banyurejo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman, terkenal dengan sentra olahan bebeknya. Ada sekitar 20 warga di padukuhan ini yang setiap hari memproduksi bebek bacem.
Para pelaku usaha olahan bebek ini, umumnya tidak membuka warung makan dengan menu bebek bacem di rumahnya, tetapi menjual hasil olahannya ke pasar-pasar tradisional di wilayah Sleman dan sekitarnya.
Mereka menjual bebek bacemnya ke Pasar Tempel, Pasar Kebon Agung, Pasar Ngino, Pasar Sleman, Pasar Godean, dan pasar-pasar tradisional lainnya. Pasar tradisional, ramainya mengacu pada pasaran Jawa, seperti Legi, Paing, Pon, Wage, dan Kliwon. Biasanya setiap pasar tradisional, ramai di dua pasaran.
“Sekarang ini pasaran atau tidak, baru sepi mas. Pembelinya tidak seperti dulu,” ujar Suparmi, pelaku usaha bebek bacem “Lumantar Bebek” Nglengis yang setiap pagi berjualan di Pasar Kebon Agung Minggir.
Suparmi, warga Nglengis yang sudah 22 tahun jualan bebek bacem mengungkapkan dulu setiap hari bisa menyembelih sekitar 20 ekor bebek dan habis terjual. Sekarang hanya menyembelih 8 ekor bebek. Jika dihitung persentasenya, sekarang omzetnya ada penurunan sekitar 60 persen.
Saat wartawan Wiradesa.co berkunjung ke rumahnya sore hari pada Sabtu 26 Juli 2025, Suparmi baru menyiapkan untuk mengolah 8 ekor bebek. Ada dua tunggu yang biasanya dipergunakan untuk memasak, tetapi hanya satu tunggu yang dimanfaatkan. Satu tunggu digunakan untuk masak air.

Proses pengolahannya memerlukan waktu 5 jam. Jadi jika mulai masak pukul 17.00 maka selesainya pukul 22.00. Jadi kalau beli bebek bacem jam 8 malam di rumah, belum tersedia olahan bebek bacemnya. Olahan bebeknya baru matang pada jam 10 malam.
Bumbunya sepertinya standar, dengan brambang, salam, laos, miri, garam, dan gula Jawa. Namun kenapa rasanya enak dan empuk, karena bahan bakarnya menggunakan kayu dan nyalanya tidak besar. Maka jangan heran jika di depan rumah, pelaku usaha bebek bacem, ada tumpukan kayu bakar.
Harga jual satu ingkung bebek bacem Rp 130.000. Sedangkan harga bebek, sebagai bahan baku, antara Rp 75.000 sampai Rp 80.000 per ekor. Untuk memasaknya perlu kayu bakar, bumbu, dan tentunya tenaga kerja. Sehingga keuntungannya tidak terlalu besar.
Namun hasil penelitian Nur Khamidatun, mahasiswi Agribisnis UMY, usaha olahan bebek bacem Nglengis layak untuk diusahakan. Karena saat penelitian tahun 2024 yang mengambil responden 11 pelaku usaha bebek bacem di Nglengis, perbandingan total pendapatan (revenue) dengan total biaya (cost) masih efisien, angka Revenue Cost Rasio sebesar 1,27.
Semoga turunnya kondisi ekonomi sekarang ini, tidak membangkrutkan pelaku usaha bebek bacem di Sentra Olahan Bebek Nglengis. Waktu situasi bagus, banyak instansi yang memperhatikan dan bahkan menggelontorkan bantuan, tetapi kini kok sepi, saat pelaku usaha bebek Nglengis “menangis”. (Ono)








