KENDARI – Paguyuban Masyarakat Yogyakarta di Kota Kendari menggelar wayang kulit semalam suntuk di Sanggar Seni Kinasih Condro Kirono Jalan Muh. Yamin Lr Moote Puuwatu, Sabtu 19 Agustus 2023. Pagelaran wayang kulit ini dalam rangka memperingati HUT ke-78 Republik Indonesia.
Pentas wayang kulit Sabtu malam itu terasa istimewa, karena menampilkan tiga dalang, yakni Ki Suparman, Ki Raharjo Surodinoto, dan Ki Sukapno Kondo Carito. Mereka membawakan lakon “Tumuruning Wahyu Cakraningrat”.
Ketua Paguyuban Masyarakat Yogyakarta Kota Kendari, Zaenal Mustofa, menjelaskan lakon Tumuruning Wahyu Cakraningrat menceritakan tentang perebutan tahta raja oleh ketiga putra raja Astinapura, Ndarowati, dan Pandawa. “Abimanyu putra Pandawa yang kuat menerima wahyu dan melawan godaan duniawi,” ujar Zaenal Mustofa.
Menurut cerita pedalangan, Wahyu Cakraningrat adalah Wahyu yang bisa menjadikan si penerima menjadi raja. Wahyu ini diperebutkan oleh 3 putra raja yaitu putra raja Astinapura Raden Sarjo Kusuma, putra raja Ndarowati yaitu Raden Samba dan putra raja Pandawa yaitu Abimanyu. Dari ketiga putra raja itu hanya Abimanyu yang bisa menjadi raja dan memiliki keturunan raja.

Pementasan seni tradisi Jawa di rumah Ketua Paguyuban Masyarakat Yogyakarta Kota Kendari ini tidak hanya menarik minat masyarakat Jawa, khususnya warga Ngayogyakarta Hadiningrat yang tinggal di Kota Kenari, Sulawesi Tenggara, tetapi juga warga suku-suku asli Sulawesi, misalnya Suku Tolaki.
Ketua Panitia Ipda Pracoyo SE merasa bangga bisa mementaskan wayang kulit di Kota Kendari. Pentas wayang kulit semalam suntuk itu tidak hanya dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia saja, tetapi juga dalam upaya nguri-uri budaya nenek moyang yang adi luhur.
“Kami mengucapkan terimakasih kepada masyarakat Yogyakarta di Kota Kendari dan anggota Pepadi di sini, serta tidak lupa maturnuwun kepada Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menyumbangkan seperangkat gamelan slendro pelog kepada paguyuban masyarakat Yogyakarta di Kota Kendari,” papar Ipda Pracoyo.
Sekretaris Paguyuban Masyarakat Yogyakarta Kota Kendari, Abdul Jalil, mengabarkan banyak warga dari suku-suku yang tinggal di Sulawesi Tenggara yang datang menikmati pentas wayang kulit. Meski kurang mengerti bahasanya, tetapi mereka bisa menikmati dari harmonisasi suara dan suasana tradisionalnya.
Sedangkan, Zaenal Mustofa, Ketua Paguyuban Masyarakat Yogyakarta Kota Kendari, kepada Wiradesa.co mengungkapkan antusias warga Yogyakarta di Kota Kendari semakin bersemangat untuk nguri-uri budaya Jawa, sejak menerima bantuan gamelan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Warga Yogyakarta dan penduduk asli Kendari semangat berlatih karawitan, tari, sinden dan pedalangan di Sanggar Seni Kinasih Condro Kirono. Mereka semakin antusias jika ada pementasan dan ditampilkan pada pagelaran seni tradisi, seperti pentas wayang kulit semalam suntuk memperingati HUT ke-78 Republik Indonesia. (Ono Jogja)








