GUNUNGKIDUL – Pasar Ramadan 1443 Hijriyah di Pasar Argo Wijil Kalurahan Gari, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, bernilai ekonomis, historis, seni, dan agamis. Sehingga pengunjung selalu terkesan setelah datang ke tempat yang dulunya bekas penambangan batu gamping ini.
Bernilai ekonomis, karena Pasar Ramadan di Pasar Argo Wijil, terjadi transaksi jual beli kuliner untuk buka puasa. Ada sekitar 37 pedagang aneka jajanan khas perdesaan yang merasakan dampak positif dari keberadaan pasar sore ini. Hampir semua pedagang dari Kalurahan Gari merasakan keuntungan dari Pasar Ramadan yang diinisiasi anak-anak muda yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mardi Gemi.
Direktur BUMDes Mardi Gemi, Septian Nurmansah, menjelaskan selain ditawarkan kuliner buka puasa dan kuliner tradisional, di Pasar Ramadan setiap sore juga ditampilkan grup musik untuk menghibur pengunjung. “Kami menyediakan ruang publik seni untuk kegiatan musik setiap menjelang berbuka,” ujar Septian Nurmansah, Minggu 10 April 2022.
Pasar Ramadan bernilai historis, karena pasar ini diselenggarakan di lokasi Pasar Argo Wijil. Pasar ini dulunya tempat penambangan batu gamping. Dulu Kalurahan Gari menjadi sentra pembuatan gamping di Gunungkidul. Namun sudah lama, tobong-tobong pembakaran batu gamping di Gari tidak beroperasi. “Dulu, saya kalau menambang batu gamping di situ,” ujar Suparmin, sambil menunjuk tempat yang sudah dikepras oleh pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Ditampilkannya grup musik setiap sore, membuat Pasar Ramadan di Pasar Argo Wijil bernuansa seni. Grup musik dari warga sekitar, menghibur para pengunjung yang datang tidak hanya dari Wonosari dan sekitarnya saja, tetapi juga hadir dari Klaten, Bantul, dan Yogyakarta.
Pasar Ramadan di Pasar Argo Wijil yang digelar selama bulan puasa, jelas bernilai agamis. Karena pasar ini hanya buka setiap sore menjelang buka puasa selama bulan Ramadan. Dengan digelarnya Pasar Ramadan diharapkan meningkatkan perekonomian warga, bisa mengenang sejarah penduduk Gari, menghibur, dan meningkatkan kualitas ibadah selama bulan Ramadan 1443 H. (Ono Jogja)