YOGYAKARTA – Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada melaksanakan Graduate Student Symposium on Communication Science (GSSC) 2021. Acara yang dilaksanakan secara daring ini mengangkat tema “Respons Ilmu Komunikasi dalam Sirkuit Pandemi: Tantangan Komunikasi Publik dalam Disrupsi Transformasi Digital” dan diikuti kurang lebih 130-an peserta dari seluruh Indonesia.
Dr. Rajiyem, S.IP., M.Si., Ketua Departemen Ilmu Komunikasi UGM menyampaikan harapan bahwa GSSC 2021 dapat menghasilkan kontribusi pada komunikasi publik, baik aspek sosial, ekonomi maupun politik dalam menghadapi disrupsi digital dan situasi pandemi. GSSC 2021 dibuka secara resmi oleh Wawan Mas’udi, S.IP., M.P.A., Ph.D. selaku Dekan Fisipol UGM. Wawan berharap forum simposium GSSC 2021 menjadi ruang pertukaran gagasan dan berdialog secara interaktif semua pihak dalam rangka menjalankan fungsi universitas sebagai tempat knowledge dissemination.
Pemaparan topik pembicara dan panelis Prof. Dr. Phil Hermin Indah Wahyuni, S.IP., M.Si. selaku Keynote Speaker menyampaikan tiga gagasan pokok tentang peran komunikasi dalam merespons pandemi. Pertama, gagasan bahwa komunikasi adalah hulu dan hilir permasalahan. Artinya, cara komunikasi diproses, konstruksi realitas pada isu pandemi ini akan menyebabkan dampak serius pada langkah-langkah strategis dalam melawan Covid-19. Kedua, paradoks entropi sistem komunikasi publik di era media baru. Artinya, aspek teknologi digital mewarnai seluruh dimensi masyarakat Indonesia membawa lingkungan termediatisasi sedemikian rupa dan mengubah logika sosial kemasyarakatan dalam logika teknologi. Ketiga, tantangan keilmuan untuk merespons kompleksitas permasalahan pandemi adalah sebuah momen kontribusi bagi perkembangan masyarakat yang lebih baik. Artinya, sebagai ilmuwan komunikasi harus terus kreatif mengembangkan riset-riset yang menawarkan kebaruan perspektif mengikuti tren dan perkembangan dunia empiris yang luar biasa dinamis.
Diskusi panel GSSC 2021 ini juga membahas perkembangan kajian dan kontribusi ilmu komunikasi dalam merespons krisis komunikasi publik. Hal ini disampaikan oleh Dr. Eriyanto, dari Universitas Indonesia yang menjelaskan mengenai pandemi dan tren metode riset digital. Hal ini dilihat dari kondisi sosial budaya masyarakat sekarang tengah menghadapi pandemi dan digitalisasi di berbagai aspek termasuk dalam dunia riset akademik. “Praktiknya metode riset digital menggunakan data online dan jejak digital. Selain itu metode ini dinilai sangat cepat dan relatif murah,” kata Dr. Eriyanto. Ia menyebut kini dunia online memiliki kesamaan dengan dunia offline, maka metode digital menjadi sangat relevan dengan berbagai data: baik native digital maupun data yang terdigitalisasi.
Komunikasi publik yang seringkali diasumsikan pada hal pemerintahan dan dunia politik, kini juga memiliki konteks komunikasi publik dalam dunia bisnis. Hal ini disampaikan oleh Dr. G. Arum Yudarwati dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta bahwa kini banyak perusahaan ataupun organisasi yang perlu memperhatikan komunikasi publik. Terdapat kata kunci yang perlu diperhatikan yakni perubahan dan fleksibilitas yang merupakan sebuah keadaan normal. Kemudian dijelaskan pula, ide besar dalam konteks ini adalah agility sebagai sikap adaptif, fleksibel, inovatif dan responsif terhadap perubahan dengan menetapkan cara baru dalam perencanaan, pengorganisasian, dan interaksi pemangku kepentingan. Kini masyarakat baik akademisi dan profesional dapat berfokus pada proses bukan hanya pada tujuan saja, melihat komunikasi publik organisasi harus lebih tangkas, gesit dan menjadi The Learning Organization.
Janoe Arijanto dari Dentsu One Indonesia menjelaskan bagaimana perubahan lanskap media dan tantangan komunikasi publik dalam perspektif profesional. Crowd Culture dan Crowd Content menjadi suatu hal yang kini memberikan pengaruh bagi komunikasi publik. Janoe melihat salah satu tantangan yang ada adalah bagaimana otoritas informasi kini bersaing dan menghadapi Crowd Culture dan Crowd Content serta dengan munculnya area bias di antara otoritas dan non otoritas informasi. Tingginya exposure di channel yang kini hadir di rumah seluruh masyarakat dapat memberikan pengaruh tentang bagaimana cara dan keputusan individu. Kini perancang komunikasi publik harus masuk di perancangan produk, untuk terlibat mendesain sesuai dengan kelompok audience serta melakukan kustomisasi dan merancang model yang dinamis, hal ini didasarkan pada adanya hyperlocal dan personalisasi. dan jangan melupakan Local Inside dan Culture Inside.
GSSC 2021 hari kedua pada Jumat, 10 September 2021 berfokus pada presentasi penelitian dari para peserta call for paper yang terdiri dari berbagai topik kajian seperti komunikasi politik, komunikasi strategis, kebijakan komunikasi dan media, media dan budaya, dan sesi doktoral. (Sukron)