Tradisi Ruwahan Desa Mendak: Warga Berebut Makanan di Bawah Rintik Hujan

Warga berebut kenduri di tempat pemakaman umum Desa Mendak, Minggu (25/2/2024). (Foto: Wiradesa)

Hujan lebat yang mengguyur wilayah Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Minggu (25/2/2024) siang, tidak menyurutkan semangat warga untuk menyambut Tradisi Ruwahan.

Warga desa, baik yang tinggal di Desa Mendak maupun di perantauan, sejak pagi sudah menyiapkan sarana dan prasarana untuk pementasan wayang kulit, serta siangnya menata makanan dan buah-buahan untuk kendurian di tempat pemakaman umum desa setempat. Dua kegiatan ini merupakan agenda utama Tradisi Ruwahan.

Pagelaran wayang kulit pada Ruwahan 1957 Jimawal atau tahun 2024 Masehi menampilkan dalang Ki Tantut Sutanto yang membawakan lakon “Wahyu Katentreman”. Dengan lakon tersebut, diharapkan warga desa hidup tenteram, saling menghargai perbedaan, tolong menolong, menjaga persatuan, mengutamakan musyawarah dan bersikap adil.

Sedangkan kenduri bersama dilaksanakan setelah sholat asyar atau sekitar pukul 16.00. Warga yang membawa kenduri yang terdiri dari nasi tumpeng, ingkung ayam, dan aneka sayuran serta buah-buahan sudah sejak siang berbondong-bondong menuju tempat pemakaman.

Meski hujan belum reda, namun ribuan warga bersemangat menuju pemakaman untuk mengikuti kenduri bersama. Mereka Sebagian besar membaya payung, namun ada yang nekat basah kuyub tersiram air hujan. Semua tampak sumringah, senang, bisa berkumpul, dan makan bersama.

Baca Juga:  Desa Wisata Wandari Mukti Dikembangkan
Dalang Ki Tantut Sutanto menerima wayang Arjuno dari Lurah Desa Mendak Agung Hartana. (Foto: Istimewa)

Tepat pukul 16.00, seorang tokoh agama atau warga desa menyebutnya Pak Kaum Bajuri mulai memimpin doa syukur. Tetapi sebelum doa berhenti, sebagian besar sudah berebut makanan dan buah-buahan yang ada di depannya. Dalam waktu singkat, tidak lebih dari lima menit, makanan dan buah-buahan itu sudah ludes dijadikan rebutan warga desa.

Lurah Desa Mendak Agung Hartono merasa senang dan bahagia melihat warganya tampak senang gembira, rukun, dan berbagi makanan. Kegiatan Tradisi Ruwahan, tidak hanya menjadi ajang silaturahmi antarwarga desa, tetapi juga berdampak bagi perekonomian desa. Karena warga banyak yang berjualan, baik itu makanan, minuman, mainan, dan berbagai kebutuhan warga desa.

“Tradisi Ruwahan ini sudah kami lakukan secara turun temurun, setiap tahun di bulan Ruwah atau menjelang Ramadhan. Dampaknya sangat positif bagi masyarakat, baik yang tinggal di desa maupun yang hidup di perantauan. Maka, ke depan kami akan terus melaksanakan Tradisi Ruwahan,” papar Agung Hartono, Lurah Desa Mendak.

Tradisi Ruwahan di Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, merupakan agenda rutin bagi para perantauan untuk pulang kampung. Sebagian besar para perantauan asal Desa Mendak, lebih memilih pulang kampung di bulan Ruwah, daripada Hari Raya Lebaran. Karena pada Ruwahan akan bertemu saudara, teman, dan handai taulan dengan suasana riang gembira rebutan Kenduri dan menonton pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk. (*)

Baca Juga:  Optimisme Pariwisata Indonesia di Tahun Naga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *