AMBON – Meski matahari akan tenggelam di ufuk barat, tetapi anak-anak Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, masih asyik bermain bola. Mereka tanpa alas kaki (sepatu) bersemangat dan tampak girang beradu keterampilan memainkan si bola bundar.
“Saya senang dan juga sedih jika melihat anak-anak bersemangat bermain bola,” ujar Sani Tawainella, tokoh sepakbola dari Desa Tulehu kepada Wiradesa.co, pekan lalu. Sudah bertahun-tahun Sani menjadi pelatih di SSB Tulehu Putra dan melahirkan pemain-pemain nasional.
Tulehu sebuah desa di dekat pantai ini gudangnya sepakbola. Dari desa ini lahir sejumlah pemain sepakbola nasional. “Di sini ada beberapa marga, antara lain Marga Lestahulu, Tuasalamoni, dan Ohorella,” ungkap Sani.
Pemain-pemain sepakbola top nasional yang berasal dari Tulehu, antara lain Abduh Lestaluhu, RamdanI Lestaluhu, Hamzah Lestaluhu, Irsan Rahman Lestaluhu, Ana Lestaluhu, Chairil Anwar Ohorella, Ricky Ohorella, Imran Nahamarury, dab Dedi Umarella.
Kemudian juga ada nama Hendra Adi Bayauw, Rizky Pellu, Manahati Lestusen, Alfin Tuasalamony, Hasyim Kipuw, Ridwan Tawainella, M Rifad Marasabessy, dan Syafril Lestaluhu.
Timnas pelajar yang akan berlaga di 47th Asia Schools Football U 18 di Balikpapan Kalimantan Timur 15 – 25 November 2019, tiga pemainnya berasal dari Tulehu, yakni Asdi Ohorella, Ikwan Ali Tanamal, dan M Zein Manilet.
Alvin Lestahulu, pemain sepakbola nasional usia 16 tahun yang meninggal dunia itu juga berasal dari Tulehu, Salahutu, Malteng. Pemain-pemain bola yang nama belakangnya Lestaluhu itu berasal dari Tulehu.

Sebagai pelatih, Sani Tawainella sangat terkesan saat mengantarkan tim asuhannya SSB Tulehu Putra meraih Juara 1 Piala Medco di Bandung tahun 2005. Karena tim yang dibentuk itu dari berbagai marga dan agama. Sedangkan Maluku baru beberapa tahun dilanda kerusuhan yang memecah belah warga.
Sani berpikir keras, bagaimana menyatukan warga agar bisa berprestasi bersama. Ternyata dengan kemauan bersama untuk juara, tanpa membeda-bedakan suku dan agama, tim sepakbola Ambon mampu meraih berprestasi di tingkat nasional.
Sepakbola ternyata mampu mempersatukan warga Maluku. Sayangnya para pejabat di wilayah Maluku kurang memperhatikan sepakbola. Mereka sibuk dengan kepentingannya masing-masing.
Seorang sopir bernama Obet yang mengantarkan Wiradesa.co menyusuri Ambon dan sekitarnya mengungkapkan kekesalannya terhadap para pejabat di Ambon. Dulu Ambon itu terkenal dengan sepakbola, tapi Persatuan Sepakbola Ambon seperti mati suri, tidak terdengar kiprahnya di tingkat nasional.
“Ambon itu gudangnya pemain sepakbola. Sayangnya pejabat sekarang itu tidak suka sepakbola. Mereka sukanya uang, bukan olahraga,” ujar Obet sambil cemberut. (Ono)