Batasi Personil, Pasukan Bregada Mulai Berani Tampil

 Batasi Personil, Pasukan Bregada Mulai Berani Tampil

YOGYAKARTA – Menyesuaikan adaptasi kebiasaan baru, jumlah pasukan bregada pada satu even turut dikurangi signifikan. Dari standar 80 personil menjadi 30 personil saja. Adaptasi lain, sebelum pasukan bregada bergerak masker mesti dikenakan sementara saat bergerak sebagian dilepaskan, agar komandan dan peniup terompet lebih leluasa menjalankan tugas.

Pengalaman mendampingi pasukan bregada di masa pandemi dituturkan Purbantara Surautama. Pembina bregada asal Toino Pandowoharjo Sleman mengatakan, baru-baru ini dia mendampingi pasukan bregada pada acara panggih manten gagrak Yogya di Cianjur, Jawa Barat.

“Ketika ada pagelaran bregada yang sulit bukan mengatur para personil tetapi persoalan justru ada pada keriuhan penonton. Keramaian penonton memungkinkan terjadi kepadatan dan kerumunan. Lalu mereka lupa jaga jarak dan sebagainya,” tutur sosok yang akrab disapa Pak Pur, Selasa (1/9/2020). Pasukan bregada pada prinsipnya telah menetapkan jarak antar personil sekitar 1,5 meter.

Diceritakan Pak Pur, pada even di Cianjur, 16 personil bregada tampil pada acara yang dikemas sebagai silaturahmi budaya. “Dengan personil yang terbatas, kami tetap berusaha optimal tampil menunjukkan warna khas Yogya di Tatar Sunda,” imbuh Pak Pur yang kini membina 65 grup bregada di lingkup Yogya dan sekitarnya. Pendampingan dan pembinaan tersebut biasanya pada saat awal pembentukan berlanjut saat mau mengikuti festival atau untuk mematangkan pembentukan karakter bregada meliputi unggah-ungguh pasukan bregada.

“Setelah terhenti cukup lama, kegiatan bregada sebagian mulai aktif. Beberapa waktu lalu mendampingi bregada pada acara wiwitan di Gendol Kulon, Sumberejo Tempel, lalu merti dusun bersama Bregada Kiai Morang. Latihan sebagian sudah mulai jalan,” tuturnya.

Untuk bregada pada gelaran even besar, selain mengantongi izin dari Gugus Tugas Covid setempat, panitia mesti menerapkan sejumlah aturan protokol kesehatan. Menurut Pak Pur, sebagai pembina dan pendamping, pada akhirnya dia mesti berani bersikap untuk berani tampil namun bukan berarti berani nekat. Setidaknya panitia mesti mengurus perizinan dari berbagai pihak terkait, sehubungan dengan musim pandemi, pembatasan penonton agar pengunjung luar kampung tak ikut masuk.

Baca Juga:  Pemuda Karang Taruna Tunasjaya Jatimulyo Tuangkan Cat Melukis pada Media Tampah

“Sejauh ini tetap berupaya optimal tak sebatas memenuhi tanggung jawab sebagai pembina atau pendamping sehingga gelaran bregada berjalan lancar, sesuai aturan,” ujarnya. (Sukron)

Sukron Makmun

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

%d blogger menyukai ini: