KULONPROGO-Mengemudi di medan offroad butuh skill khusus. Selain skill mengemudi, butuh nyali tinggi. Dua hal itu menjadi kesimpulan tatkala mengiyakan tawaran Agus Belor untuk mengambil alih kemudi jip Suzuki Jimny keluaran 1980 dan kemudian menyusuri Kali Klegung di Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo, Rabu 18 September 2024.
Wiradesa.co tak menolak tawaran dari salah satu dedengkot Jip Trail Menoreh (JTM) yang ber-basecamp di Dekso. “Ayo ke kali,” ajak Agus.
Dari bengkel Agus memegang kemudi masuk perempatan Dekso ambil ke kiri. Setelah basecamp Kripala, lalu belok kanan menuju Kali Klegung.
Kali Klegung salah satu spot adventure jip wisata yang ditawarkan Agus dan komunitasnya. Turun ke kali. “Ayo harus coba. Puter bolak-bolak,” kata Agus kepada wiradesa.co.
Oke, tantangan diterima. Tekan pedal kopling, lepas pelan sambil injak pedal gas. Wow, jip berjuluk jangkrik ijo itu rupanya galak dibawa putar-putar berkecipak air kali. Pelan saja. Maklum ini kali pertama bawa jip. Di kali pula. Air tak terlalu dalam sekitar semata kaki. Batu-batu sekepalan tangan membikin roda beberapa kali selip. Berhasil. Putar, maju, mundur sampai ke seberang.
“Coba keluar. Naik lewat tanggul di depan,” pintanya. Terang saja permintaan Agus tak saya sanggupi. Berhitung risiko dan belum tahu betul karakter asli jangkrik ijo jadi alasan.
Sejurus kemudian Agus ambil alih kemudi Bagi dia yang sudah matang setir mobil di berbagai medan offroad, hambatan tanggul miring sekitar 75 cm cukup sekali injak pedal gas terlampaui.
Agus pun menunjukkan skill dewa-nya dalam menerjang medan offroad yang sebenarnya masuk kategori medium. Lantaran diperuntukkan bagi jip wisata. Toh begitu injakan pada batu-batu licin dengan ukuran lebih besar membuat jip empat penggerak roda itu sedikit miring dan terkadang terhuyung. Puncaknya ketika mau mentas dari kali keluar menuju jalan kampung.
Kali ini tanggulnya lebih terjal. kemiringan nyaris 50 derajat. Ketinggian hampir satu meter. Sekali pancal ternyata jip belum bisa naik. Sempat mundur dan berhenti. Agus mengecek kap mesin. “Oke lanjut,” katanya sambil masuk ke kabin.
Dua tiga kali percobaan, jangkrik ijo berhasil naik. “Edyannn,” teriak saya yang baru kali itu merasakan sensasi naik jip offroad disopiri driver andal. Jip lalu masuk kembali ke sepenggal jalan berbatu di tepi kali. Tidak berapa panjang tiba kembali ke jalan cor blok perkampungan.
Agus mengarahkan jangkrik ijo kembali ke bengkelnya di Dekso, Agus bercerita, dirinya mulai belajar setir mobil otodidak mulai kelas 4 SD. Saat itu ia mencuri kesempatan mengemudikan kendaraan jip land rover generasi 1 milik bapaknya. Ia pun makin jatuh cinta pada hobi otomotif. Khususnya jip offroad. Di rumahnya ia memiliki 3 unit jip. Sedangkan jika bersama komunitas total ada 15 unit jip yang siap disewa guna offroad ataupun jip wisata.
“Kemarin baru saja ada event. Tamu dari Jakarta. Pakai 20-an jip. Rutenya ke Kali Klegung yang barusan kita coba. Namanya offroad, meski jip wisata tetap ada rasa-rasa offroad nya. Biar seru,” katanya.
Unit jip yang masuk berupa bahan misalnya jenis Katana, Jimni jangkrik berbagai tahun lalu dibangun. Ganti shokbreaker depan, pasang ban offroad dan kelengkapan lainnya. Harga shokbreaker yang mahal satu sekitar Rp 5 juta. Ada juga kelengkapan roll bar, derek winch untuk mengatrol jip lain yang terperosok alias tak kuat nanjak. Di bengkel, Agus juga punya satu unit towing untuk pengantaran ataupun evakuasi jip yang bermasalah.
“Harga jip yang sudah dibangun spek offroad bervariasi. Tergantung kelengkapan. Mulai Rp 25 juta sampai Rp 50 jutaan bahkan lebih. Tergantung spek, merek dan tahun,” kata Agus menutup obrolan. (Sukron)