Ayam Lokal Galur Baru Fapet UGM, Bobot 0,8 Kilogram Panen 70 Hari

Prof Dyah Maharani dari Fapet UGM menjelaskan progres program pembentukan ayam lokal galur baru yang diriset sejak 2020. (Foto: Wiradesa).

AYAM lokal galur baru inovasi Fakultas Peternakan UGM menyilangkan tiga bangsa ayam, jantan ayam lokal Kalimantan dan betina dari daerah Jawa Barat. Prof Dyah Maharani, ketua tim pembentukan galur baru dari laboratorium genetika dan pemuliaan ternak menyampaikan program tersebut pada acara Fapet Menyapa, belum lama ini.

“Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional,” ungkap Dyah Maharani.

Kebutuhan protein orang Indonesia sudah tercukupi 63 gram perkapita perhari. Hanya saja konsumsi protein hewani baru 25 persen, dari susu, daging kambing, domba sapi dan ayam. “Konsumsi ayam komersial masih lebih tinggi dari ayam lokal,” imbuhnya.

Ayam lokal galur baru yang diharapkan nantinya punya kualifikasi berat 0,8 kg dan dapat dipanen dalam jangka waktu 70 hari, tidak mengeram dan tahan penyakit. Dalam mencapai target bobot ayam yang diharapkan itu prosesnya tanpa adanya intervensi secara hormonal.

“Metode yang diterapkan berupa persilangan dan seleksi. Ayam donor memiliki karakter unggul,” terangnya.

Baca Juga:  Ada 386 Kasus Administrasi dan Keuangan Desa di Tulungagung

Karakter unggul dimaksud yakni, male line punya karakter unggul dalam pertumbuhan. Sedangkan female line punya produktivitas telur yang baik serta punya citarasa ayam kampung.

Persilangan tiga bangsa ayam diseleksi menggunakan metode independent culling level. Metode ini mengevaluasi beverapa sifat secara bersamaan dalam satu generasi.Kriteria seleksi ditentukan berdasar estimasi parameter genetik seperti heritabilitas untuk sifat tunggal dan repetabilitas untuk sifat yang berulang.

Sifat yang menjadi kriteria seleksi meliputi bobot DOC, bobot pada umur starter, grower hingga 10 minggu, produksi telur serta sifat mengeram.

“Diharapkan ayam lokal galur baru dapat dipanen lebih cepat, memberi keuntungan bagi peternak dengan perputaran uang lebih pendek, margin lebih tinggi,” jelas Dyah Maharani.

Dyah menambahkan, setelah masuk generasi keempat performa ayam lokal galur baru diharapkan makin stabil dan bisa di-scale up produksinya bersama mitra industri Fapet UGM. Produksi daging ayam lokal galur baru tak bertujuan mengganti ayam broiler tetapi sebagai substitusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. (Sukron)

Baca Juga:  Satpol PP Pemkab Madiun Tegur Manajemen Pabrik Porang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *