Bisnis Serat dan Tikar Mendong Terpinggirkan di Pasar Kebon Agung Minggir

Penjualan serat atau batang mendong di Pasar Kebon Agung Minggir, Minggu (20/7/2025). (Foto: Wiradesa)

SLEMAN – Pasar Kebun Agung di Minggir, mungkin menjadi salah satu tempat untuk jual beli serat mendong dan produksi turunannya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun bisnis mendong ini sudah terpinggirkan di sudut pasar tradisional.

Saat wartawan Wiradesa.co mengunjungi Pasar Tradisional Kebon Agung di Minggir, Minggu 20 Juli 2025, jual beli serat dan tikar mendong berada di sudut pasar, sebelah belakang sisi barat. Para penjual, umumnya seorang ibu yang sudah tua.

Serat atau batang mendong terikat dalam beberapa ukuran dan ditawarkan dengan harga mulai Rp 30.000 sampai Rp 50.000 per ikat. Sedangkan tikar mendong ditawarkan mulai Rp 50.000 sampai Rp 75.000 per lembar.

“Ajeng tumbas mendong mas. Sing niki seket ewu (mau beli mendong mas. Yang ini limapuluh ribu),” ujar penjual mendong di Pasar Kebon Agung saat menawari wartawan Wiradesa.co, sambil menunjukkan satu ikatan serat mendong jualannya.

Seorang penjual serat dan tikar mendong bernama Marjikem itu berasal dari Pendekan, Margodadi, Seyegan, Sleman. Setiap hari, dia bersama anaknya menjual serat dan tikar mendong di Pasar Kebon Agung Minggir.

Baca Juga:  Condongcatur Juara 1 Nasional Lomba Pantau BKB MU 2025

Batang mendong yang dijual, selain dari hasil tanaman di sekitar Seyegan dan Minggir juga setoran petani mendong dari Galur dan beberapa tempat yang banyak airnya. Mendong atau disebut Purun Tikus termasuk jenis rumput yang tergolongkan dalam suku Cyperaceae. Mendong tumbuh subur di lahan yang berlumpur dan berair. Batang mendong panjangnya sampai 1 meter.

Mbok Marjikem menawarkan tikar mendong di sudut Pasar Kebon Agung Minggir. (Foto: Wiradesa)

Serat mendong merupakan bahan untuk anyaman tikar, alasan kursi, tempat sampah, dan barang kerajinan lainnya. Namun agribisnis mendong ini menghadapi masa suram. Selain lahan budidaya mendong semakin sempit dan tidak menarik, produk turunannya juga itu-itu saja.

Wiradesa mendorong agribisnis mendong bisa berkembang dan menjadi produk kerajinan lokal yang laku di pasaran, syukur bisa menembus pasar internasional. Maka agribisnis mendong harus mendapat dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak, khususnya dari akademisi, pengusaha, dan media.

Pemerintah, dalam hal ini eksekutif (bupati, kepala dinas terkait) dan legislatif (DPRD) sudah selayaknya membuat regulasi dan kebijakan yang memecahkan persoalan petani dan perajin mendong. Selain itu juga meningkatkan atau mengembangkan SDM perajin, mengupayakan peralatan, promosi dan pemasaran produk kerajinan mendong.

Baca Juga:  Domba Bisa Buat Pakan Sendiri

Sedangkan pihak akademisi atau perguruan tinggi bisa melakukan pembinaan desain produk. Tentunya desain produk yang disesuaikan dengan konsumen, baik kunsumen lokal, nasional, maupun internasional.

Sebagai media yang memiliki tagline atau visi dan misi agar desa mandiri dan rakyat sejahtera, maka produk lokal berbahan baku tanaman mendong perlu disupport agar tetap eksis dan menyejahterakan warga desa, seperti Mbok Murjikem. (Ono)

Tinggalkan Komentar