KULONPROGO – Ada dua faktor utama atau penting yang harus diperhatikan jika ingin budidaya tanaman melon dengan sistem hidro dalam green house (GH). Jika dua hal ini tidak diperhatikan, maka kemungkinan budidaya melon akan gagal atau hasilnya tidak maksimal.
Dua faktor penting itu, lokasi dan air. “Lokasinya yang full sinar dan airnya bening atau jernih,” ujar Totok Hariyanto, pemilik “Binangun Farm” di Nanggulan, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, kepada Wiradesa.co, Minggu 20 Juli 2025.
“Binangun Farm” telah mengembangkan sistem hidro dalam GH untuk budidaya melon di RT 41 RW 15 Jatisarono Nanggulan. Ada dua jenis melon yang ditanam, yakni Hami The Blues dan Lavender. Hasilnya bagus dan menarik minat investor serta petani untuk datang ke “Binangun Farm”.
Totok Hariyanto yang sudah 10 bulan terus menyempurnakan budidaya melon dengan sistem hidro dalam GH menjelaskan, lokasi yang cocok untuk menanam melon yang full sinar matahari atau mendapat sinar matahari secara penuh.
“Tanaman melon membutuhkan sinar matahari secara penuh. Jadi sebaiknya di lahan yang lapang. Hindari tempat yang terlindung,” jelas Totok Hariyanto yang sebelum membangun GH di Nanggulan, juga pernah berbudidaya tanaman buah melon di Minggir.
Pengembang budidaya melon dengan sistem hidro dalam GH ini menyebut lokasi yang cocok untuk tanaman melon di lahan dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanahnya datar, bukan di pegunungan.
Berdasarkan literatur, lokasi yang cocok untuk tanaman melon ketinggiannya antara 250 sampai 700 dpl. Sedangkan curah hujan antara 1.500 sampai 2.500 mm/tahun, suhunya antara 25 sampai 30 derajat Celsius, mendapat sinar matahari penuh, dan drainasenya baik.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah air. Pada lokasi budidaya melon dengan sistem hidro di GH harus tersedia air yang jernih. Jika tidak jernih atau tingkat kekeruhannya tinggi, maka harus dijernihkan dulu sebelum dialirkan ke media tanaman melon.
Secara sederhana untuk mengetahui air itu jernih atau tidak, maka sinari air tersebut dengan cahaya (senter). Seberapa cahaya bisa menembus. Jika tidak menembus, maka air itu tingkat kekeruhannya tinggi atau tidak jernih. Air yang jernih memiliki tingkat kekeruhan yang rendah.
“Kalau mau detail dicek di lab (laboratorium),” tegas Totok Hariyanto. Kejernihan air diukur dengan satuan Nephelometric Turbidity Units (NPU). Semakin rendah NPU-nya, semakin cernih air tersebut.
Tingkat kekeruhan air dipengaruhi beberapa faktor, antara lain partikel yang tersuspensi, keberadaan alga, dan adanya bahan kimia. Air yang tersuspensi tanah, pasir, lumpur, dan bahan-bahan organik dapat membuat air menjadi keruh.

Budidaya melon dengan sistem hidro dalam GH menarik investor dan para petani yang tertarik menanam melon. Pada Minggu 20 Juli 2025, pendiri Jogja Buana, pelaksana dan pengembang pertanian terpadu, Zaim Nurhidayat dan Guron Septoharjo bersama Wiradesa.co mengunjungi “Binangun Farm” di Nanggulan Kulonprogo. Jogja Buana tertarik untuk budidaya tanaman buah melon dengan sistem hidro dalam GH. (Ono)








