BUDIDAYA melon di halaman rumah, caranya mudah, hasilnya melimpah. Lahan, ukuran 1 meter x 7 meter menghasilkan 120 kilogram melon. Jika harga melon Rp 10.000 per kilogram, maka lahan yang sempit itu mendatangkan uang Rp 1.200.000.
Warga Tambakrejo, Semanu, Gunungkidul, Tri Madi Wiyono, menanam melon dengan media tanam, bekas galon air mineral. Galon dipotong. Bagian bawah dikasih air. Potongan atas dibalik dan dikasih 4 lobang untuk sumbu kain kaos dan dimasukkan ke potongan bawah.
Potongan atas, dikasih tanah dan sekam bakar, serta pupuk kompos. Potongan galon di bawah diberikan air. “Cara menanam seperti ini irit air dan mudah perawatannya,” ujar Tri Madi Wiyono di rumahnya Tambakrejo RT 01 RW 43 Kalurahan Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu 16 Desember 2023.
Wiyono memanfaatkan lahan 1 meter x 7 meter untuk menanam melon di atas 30 galon bekas. Berdasarkan perhitungannya, 1 batang melon memerlukan Rp 6.000 untuk harga pokok produksi (HPP). Dengan rincian untuk benih Rp 2.000, pupuk Rp 2.000, dan air Rp 2.000.
“Maklum air di Gunungkidul harus beli jika musim kemarau,” jelas Wiyono. Untuk sekali panen membutuhkan 200 liter air per batang. Harga air, 1.000 liter Rp 7.000, untuk mengairi 5 batang. Jadi untuk 30 batang memerlukan 6.000 liter air atau perlu dana untuk beli air Rp 42.000 sampai panen. Selama 60 hari.
Setelah dihitung, untuk 1 batang melon menghasilkan Rp 34.000 bersih atau sudah dikurangi biaya HPP. Jika memiliki 100 batang melon, sekali panen mendapatkan keuntungan bersih Rp 3.400.000. Usia panen buah melon sekitar 60 hari.
Melihat keberhasilan budidaya melon dengan system petani cerdas air, kini masyarakat di Padukuhan Tambakrejo, Kalurahan Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ramai-ramai memanfaatkan lahan di sekitar rumah untuk menanam melon dan sayur-sayuran.
Para warga desa itu terinspirasi dari Tri Madi Wiyono yang menguji cobakan sistem petani cerdas air yang ia ciptakan. Dengan air yang sedikit dan lahan yang tidak luas, petani di Gunungkidul bisa menanam buah-buahan dan sayur-sayuran.
Warga yang sulit air, apalagi di musim kemarau, ternyata bisa bertani atau berkebun, tanpa harus menunggu hujan datang. Cara bertani cerdas air ini juga bisa dikerjakan dengan simpel dan tetap kerja kantoran, berdagang, atau kerja lainnya.
Apa yang dilakukan Tri Madi Wiyono dan warga Tambakrejo Semanu ini menarik perhatian para petani muda di Indonesia. Para petani muda yang dikoordinir PT SBE Jakarta ini, pada 15-17 Desember 2023 mengunjungi dan belajar langsung di Studio Tani Kalisuci Gunungkidul milik TM. Wiyono. Mereka belajar “integrated farming” irit air dan sangat tertarik budidaya melon di galon bekas. (Ono)