KEBUMEN – Tradisi memukul kentongan masih di-uri-uri di Desa Tambakagung. Masyarakat desa di Kecamatan Klirong Kebumen itu pun masih melestarikan alat kentongan.
“Meski zaman sudah maju, alat komunikasi juga makin canggih, tapi warga desa tak meninggalkan kentongan. Di rumah saya, masih tersimpan baik kentongan peninggalan kepala desa terdahulu turun-temurun sampai sekarang,” ucap Kepala Desa Tambakagung, Adela Sulistiana.
Dikatakan Sulis, kentongan yang sudah berusia puluhan tahun tersebut awalnya memang sudah kelihatan jadul alias usang. Atas inisiatifnya, kentongan tersebut diperbaiki. Menurut Sulis, perbaikan fisik kentongan dilakukan seorang perajin kayu.
“Perbaikan butuh waktu enam sampai tujuh bulan. Dilakukan oleh satu perajin kayu dibantu dua asistennya, akhirnya bisa rampung sesuai yang diharapkan,” kata Sulis. Perbaikan kentongan menghabiskan dana sekitar Rp3 juta. Fisik kentongan dibubuhi ukiran serta diberikan tempat atau dudukan yang kokoh sehingga terlihat cantik.
“Ketika saya membunyikan kentongan ini, biasanya warga yang di pos ronda juga ikut membunyikan. Jadi terdengar saling sahut-sahutan,” tutur Sulis, Jumat (15/01/2021).

Sulis menjelaskan, selain di kediamannya, kentongan memang ada di setiap pos ronda di desa. “Biasanya kentongan dibunyikan pada tengah malam. Mulai dari pukul 22.00, 23.00, 24.00, 01.00 dan 04.00,” imbuh Sulis.
Dulu kentongan sebagai tanda pengingat waktu ataupun pengingat adanya suatu kejadian. Kondisi tersebut masih berlaku sampai sekarang. Warga yang sudah mempunyai kentongan biasanya menggunakannya sebagai tanda untuk ronda dan mengambil jimpitan di malam hari. “Hal inilah yang membuat saya selalu nguri-uri. Kentongan bagian dari budaya kita. Harapannya agar tetap terjaga,” ucap Sulis. (Nur Anggraeni)