Empat Poin Pokok Narasumber Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika

Para narasumber Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika di Atrium Premiere Hotel Yogyakarta, Rabu (23/7/2025). (Foto: Ilyasi)

YOGYAKARTA – Ada empat poin pokok yang disampaikan para narasumber Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika di Yogyakarta. Para peserta diharapkan menjadi agen perubahan, pelaksana nilai-nilai keberagaman dan toleransi beragama di masyarakat, setidaknya di lingkungan tempat tinggalnya.

Keempat poin pokok itu terkait dengan implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, menyampaikan ke masyarakat luas, menyatukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan bagaimana menjadi agen perubahan tentang nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.

Jika soal sejarah dan artinya, hampir semua peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika di Atrium Premiere Hotel Yogyakarta, Rabu (23/7/2025), sudah mengerti. Namun soal pelaksanaan atau implementasinya masih perlu dipertanyakan.

“Soal arti Bhinneka Tunggal Ika, saya kira kawan-kawan sudah tahu semua. Apakah semua sudah mengimplementasikannya. Ini yang perlu didiskusikan dan dilaksanakan,” ujar Dr Hj. Yuni Satia Rahayu SS. MHum, anggota DPRD DIY.

Selain Yuni Satia Rahayu, hadir sebagai narasumber Letkol Bambang Sukoco (Lanud Adisutjipto), Dr. Ir. Arif Bintoro Johan (UST Yogyakarta), dan Drs Sihono HT MSi (Persatuan Wartawan Indonesia). Kegiatan Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika merupakan kemitraan antara DPRD DIY dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY.

Anggota Komisi A DPRD DIY, Yuni Satia Rahayu, menjelaskan kegiatan Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika itu merupakan realisasi dari Perda DIY Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Sedangkan Wawasan Kebangsaan itu meliputi Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca Juga:  Gerakan Konservasi, Penghijauan, dan Agroforestri Jogja Buana: Subur Tanahnya Hijau Buminya Sejahtera Penghuninya

Menurut mantan Wakil Bupati Sleman dan diiyakan para peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika, bahwa Yogyakarta merupakan Indonesia mini. Semua suku, agama, ras, dan golongan ada di Yogyakarta. Tapi apakah sikap warga Ngayogyakarta Hadiningrat semuanya sudah mencerminkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, dinyatakan belum.

Karena masih ada yang berantem di wilayah Babarsari, ada pengusiran saudara-saudara dari Indonesia Timur, ada kos-kosan yang khusus muslim, ada perusakan nisan, dan kejadian-kejadian lain yang tidak mencerminkan pelaksanaan atau implementasi dari nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.

Makanya soal implementasi ini sangat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Warga Yogyakarta wajib memberitahu dan ngaruhke kepada warga pendatang. “Libatkan saudara-saudara dari luar daerah untuk memeriahkan kegiatan merti dusun, wayangan, masak, rapat RT, kerja bakti, ronda, dan lainnya,” jelas Yuni Satia Rahayu.

Sedangkan Letkol Bambang Sukoco mengingatkan bahwa negara-negara yang tidak mempunyai nilai-nilai seperti Pancasila sekarang terpecah-pecah. Negara Yugoslavia dan Uni Soviet itu contohnya. Pancasila itu mempersatukan, makanya pendiri bangsa menjadikan Pancasila itu sebagai way of life. Pancasila sebagai pedoman, pegangan, dan pandangan hidup bagi seluruh warga negara Indonesia.

Baca Juga:  Lurah Condongcatur: Kenalkan Literasi, Ajaklah Anak ke Perpustakaan Sejak Dini

Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Dr. Ir. Arif Bintoro Johan, menjelaskan prinsip Bhinneka Tunggal Ika itu berbeda-beda tetapi tetap satu. Meski ada 1.340 suku bangsa, 718 bahasa daerah, dan 6 agama resmi, tetapi tetap satu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Arif Bintoro Johan mengemukakan berbagai suku bangsa dengan bahasa daerah, warga dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Nias sampai Rote, ada di Yogyakarta. Ngarso Dalem sebagai Gubernur DIY tidak ingin warga pendatang yang tinggal di Yogyakarta meninggalkan budaya leluhurnya, yang Ngarso Dalem minta agar warga menghormati dan ngajeni adat istiadat budaya Yogya.

Ngajeni adat istiadat budaya tentang sopan-santun, unggah-ungguh, seperti diwujudkan dengan sikap ngapurancang, jempol, nuwun sewu, nderek langkung, monggo, injih, dan lainnya. “Ada seorang mahasiswa Papua yang biasa mengatakan nderek langkung, nuwun sewu, dan injih saat di warung makan dekat kosnya. Ketika uangnya habis, pemilik warung mempersilahkan mahasiswa Papua itu untuk makan dulu bayarnya nanti saja tidak apa-apa,” ungkap Arif Bintoro yang disambut ketawa peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika.

Praktisi media, pendiri Wiradesa Group (Wiradesa.co/fokus ke desa, Mandiripangan.com/fokus ke pangan, dan Tunggal.co/fokus ke nilai-nilai Pancasila), Sihono HT mendorong peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika untuk berkarya. Jangan berhenti pada belajar saja, tetapi harus dilanjutkan dengan berkarya dan berbagi.

Baca Juga:  Sate Klatak Pak Bari Menyajikan Rasa dan Suasana Khas Jogja

Implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika itu berkarya. Wujudnya bisa kegiatan yang melibatkan berbagai suku, agama, ras, dan golongan. Bisa juga dengan karya jurnalistik, seperti membuat berita, foto, video, grafis dan lainnya yang bernilai meski berbeda-beda tetapi tetap satu Indonesia. Selanjutnya karya itu disampaikan atau diuploud melalui berbagai platform media, bisa melalui media pers maupun media sosial, seperti Whatsapp, Instagram, YouTube, TikTok, dan lainnya.

Narasumber dan peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika. (Foto: Ilyasi)

Dalam sambutannya mengawali Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika, Lilik Andi Aryanto SIP. MM. Kepala Badan Kesbangpol DIY, mengemukakan pelaksanaan Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika merupakan kegiatan kemitraan antara DPRD DIY dan Badan Kesbangpol DIY. Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika dan juga Sinau Pancasila merupakan amanat dari Perda DIY Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan.

Pada kesempatan itu, Kepala Bakesbangpol DIY mengingatkan kepada masyarakat DIY untuk mengibarkan bendera Merah Putih mulai tanggal 1 sampai 31 Agustus. Selanjutnya, dia berharap peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika menjadi pelopor yang berjiwa nasionalisme. Kemudian dibagikan bendera Merah Putih kepada narasumber dan peserta Sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika untuk dikibarkan di tempat tinggalnya. (Ilyasi)

Tinggalkan Komentar