BANTUL – Sejumlah makam di Padukuhan Kuden, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terancam longsor. Ada beberapa makam yang hancur dan tanahnya growong. Sedikitnya ada empat pemakaman yang terancam longsor, yakni Makam Kendal, Jati, Mojo, dan Sari
Berdasarkan video yang direkam Dukuh Kuden Iswahyudi, memperlihatkan kondisi Makam Jati yang rusak, beteng makam ambrol dan tanah di sekitarnya growong. Jika hujan lebat turun beberapa jam, dikhawatirkan area pemakaman tersebut akan longsor.
“Saya nggak kepikiran kalau banyak jenazah hanyut terbawa air hujan atau malah terbawa longsor, kasihan para jenazah, sudah mati pun masih menderita,” kata Iswahyudi. Prihatin dengan kondisi makam, Pak Dukuh berembug dengan para Ketua RT dan Ketua LPMD di Warunk Kopi Kuden, Rabu (15/2/2023) malam.
Pada awal pertemuan, Dukuh Kuden memulai dengan memperlihatkan video yang menggambarkan kondisi makam yang hancur dan growong. Melihat kondisi makam yang rusak, warga khawatir. Dukuh Iswahyudi juga menyampaikan kekhawatiran kalau turun hujan lebat tiga hari lagi sangat mungkin tanah pemakaman akan ambrol.
Tanpa banyak rembugan, disepakati setiap RT pasokan atau menyumbang Rp 2 juta untuk membangket makam. Penguatan dengan bangket melingkar akan menjadikan benteng yang sudah ada akan lebih kuat. Paginya warga langsung gotong royong membangun bangket agar pemakaman tidak longsor.

Di Pedukuhan Kuden, terdapat 7 tempat pemakaman. Ada Makam Kendal, Makam Jati, Makam Mojo, Makam Sari, Makam Cepin, Makam Islamic Center dan Makam Mbah Petir. Semua pemakaman, hampir penuh kuburannya.
Ada masalah besar saat hujan lebat tiba, karena di sekitar makam, tanahnya diambil untuk pembuatan batu bata. Bertahun tahun lamanya/ Akhirnya sekarang, makam-makam tersebut berada di ketinggian melebihi 4 meter dari tanah sekitar.
Pemakaman Kendal, Jati, Mojo, dan Sari menjadi ndinggring karena di sekitarnya tanah digali dengan tidak terkendali untuk pembuatan batu bata. Banyak petani berpindah menjadi pembuat batu bata karena lebih menjanjikan dan menguntungkan atau cepat mendapatkan uang.
Problem besar terjadi, jika hujan lebat sebagaimana beberapa hari ini melanda Yogyakarta dan sekitarnya. Karena air hujan yang melimpah banyak membuat lahan pemakaman ngecembeng dan membuat longsor. Beteng makam ambrol dan malahan mengkhawatirkan beberapa jenazah katut terbawa longsoran.
Ketua LPMD Kuden Taufik Ridwan mengajak warga untuk peduli. Tak begitu lama, langsung banyak bantuan diberikan. Ada yang pasokan uang, Ada juga batu, pasir semen dan bahkan snack dan minum. “Saya sangat bersyukur, di tengah keterbatasan dan banyaknya kebutuhan, warga sangat peduli dan membantu tanpa memikirkan kebutuhan lain demi leluhur yg dimakamkan di Makam Jati,” ujar Taufik.
Makam menjadi sangat penting untuk ditata dan dikelola dengan baik, di antaranya ada kesepakatan tidak dibangun cungkup. Barangkali ke depan juga diberikan aturan baru bahwa makam dilarang dibangun pertanda permanen atau kijing karena menambah penuh dan sulit untuk digunakan penghuni baru.
Warga Kuden sangat peduli dengan leluhurnya, di antaranya dengan menjaga tanah makam tidak rusak oleh alam. Makam tetap menjadi tempat untuk pengingat diri bahwa suatu ketika kita semua akan mati dan dimakamkan di tanah makam yang terang, tidak angker dan tertata rapi.
Agar pemakaman tidak longsor, dan jenazah tidak terbawa arus air, warga Kuden bergotong royong membangun bangket atau tanggul di sekitar makam. Budaya gotong royong, guyup, dan bekerja bersama-sama untuk membangun lingkungan di Padukuhan Kuden layak diacungi jempol. (*)