Jagongan Budaya #2: Mengulik Sejarah Sanggar Kesenian Krido Budi Utomo

Mengulik Sejarah Sanggar Kesenian Krido Budi Utomo (Foto: Wiradesa)

SEMARANG – Dusun Tanon Desa Ngrawan Kecamatan Getasan yang saat ini lebih dikenal dengan Desa Wisata Budaya “Desa Menari”, memiliki sejarah panjang tentang kesenian kerakyatan.

Pak Parno selaku Kepala Dusun Tanon menceritakan tentang berkesenian ini sudah lama diperankan oleh mbah-mbah terdahulunya. Menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan Indonesia, kesenian rakyat digunakan sebagai salah satu jurus untuk melawan penjajah.

“Dahulu kawasan Lereng Gunung Teloyomo adalah perkebunan teh dan kopi milik Belanda,” ungkap Pak Parno, Sabtu 16 Oktober 2021. Terdapat kantor cabang atau markas yang dibangun Belanda di kawasan Desa Ngrawan dan sekitarnya. Sampai saat ini pun, warga masih mengenal nama suatu tempat dengan sebutan Kantor, menjelaskan bahwa dahulu ada perkatoran milik Belanda di wilayah itu.

Di masa penjajahan Belanda, kesenian rakyat berupa karawitan dan tari-tarian sering diundang tampil di markas Belanda untuk menghibur para penjajah. Momen tersebut dimanfaatkan pelaku seni untuk mengintai lebih dalam kekuatan musuh.

Menurut Pak Parno, Sanggar Kesenian Krido Budi Utomo merupakan warisan budaya yang turun temurun terus dilestarikan oleh warga Dusun Tanon. Keterlibatan warga di segala usia, baik anak-anak, remaja dan dewasa, membuat regenerasi kesenian ini tidak menjadi masalah.

Baca Juga:  Jogja Ibukota Seni Indonesia: Sebulan Ada 100 Pameran
Sanggar Kesenian Krido Budi Utomo (Foto: Wiradesa)

Para pemuda sangat peduli dengan keberlangsungan kesenian ini, diantaranya ada Arul dan Kukuh. Sahabat karib sejak kecil dan saat ini mereka duduk di bangku SMA. Muda belia penuh dengan ide dan kreativitas.

Hampir setiap tahun dalam pagelaran Ngrawan Art Festival, Sanggar Kesenian Krido Budi Utomo selalu menampilkan tari-tarian baru. Hal itu tidak terlepas dari keaktifan dari Arul dan Kukuh. Lewat sosial media Youtube mereka berhasil mengeksplore dirinya dan paguyuban keseniannya untuk terus berkreasi.

Sanggar Krido Budi Utomo juga menjalin kerjasama dengan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Berhasil menciptakan tarian “Lembu Tanon” yang menggambarkan tentang kehidupan warga sebagai petani dan peternak. “Kami akan terus berkreasi dan mengembangkan kesenian di Dusun Tanon, ” tegas Arul, Selasa 26 Oktober 2021. (Dwi Purwoko)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *