Kelengkeng JemSu (Jember Super) merupakan produk kelengkeng unggulan milik Edy Haryanto dari Desa Jombang, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Sebelum kelengkeng, ia dulu pernah menanam buah naga, jeruk, dan lain-lain.
Tahun 2010, alumni S1 Pertanian Universitas Tanjungpura ini beralih pada kebun kelengkeng. Awalnya ia menanam banyak jenis kelengkeng, mulai dari kelengkeng diamond, pimpong, aroma durian dan juga matalada.
“Dulu pertama kali menanam kelengkeng, banyak jenis tak tanam mas, tapi ternyata yang laku hanya kelengkeng diamond,” jelas Edy Haryanto pada Wiradesa.co, Jumat 13 Januari 2023.
Tak berkecil hati. Ia tetap menanam kelengkeng sekaligus mempelajari segala hal yang berkaitan dengan kelengkeng. Terlihat tumpukan buku tentang kelengkeng berada di meja ruang tamu saat Wiradesa berkunjung.
Selain itu, Edy juga belajar proses pengawinan dan penyilangan pohon kelengkeng. Ia dibantu oleh beberapa kawannya yang ada di Laboratorium Universitas Negeri Jember. Proses percobaan ini sangat panjang.
“Saya belajar menyilang pohon sekitar sepuluh tahun mas, tahun lalu kita berhasil menciptakan bibit unggulan yang dagingnya tebal buahnya juga besar. Bibit itu kita namai kelengkeng JemSu,” ucap Pak Haji, panggilan akrab Edy Haryanto.
Untuk kebun kelengkeng, saat ini ia memiliki tiga lahan yang luasnya sekitar dua hektar. Perhektar bisa ditanam sekitar 400 batang pohon kelengkeng. Satu batang pohon bisa panen paling sedikit 30 kg, bahkan ada yang sampai 80 kg. Kelengkeng JemSu dijual seharga Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu. Alumni Fakultas Pertanian ini juga dibantu dengan 9 karyawan tetap untuk merawat kebun.
Kelengkeng panen setiap 10 bulan sekali. Enam bulan masa perangsangan hingga panen. Empat bulan masa istirahat untuk pohon kelengkeng. Setiap setelah panen pohon dipotong, kemudian dapat dirangsang kembali setelah bersemi.
“Kelengkeng JemSu ini kami jual di pasar lokal. Di Jember, Lumajang, Malang hingga Bandung. Namun kebutuhan pasar masih belum tercukupi. Masih banyak permintaan yang tidak bisa kami penuhi,” kata Edy.
Selain menjual buah kelengkeng, suami Uswatun Khasanah juga menjual bibit. Tiap batang seharga Rp 100 ribu. Bulan lalu telah laku terjual sebanyak Rp 40 juta sebab banyaknya peminat bibit kelengkeng JemSu. Salah satu tanaman tidak dibuahkan. Ia gunakan khusus untuk mencangkok bibit kelengkeng.
Edy Haryanto berharap kelengkeng yang dirintis ini bisa bermanfaat untuk orang banyak dan mengangkat kelengkeng khas Indonesia, khususnya Kabupaten Jember. Kebanyakan kelengkeng yang beredar di Indonesia adalah hasil impor dari luar negeri. Sehingga ia ingin mengurangi jumlah impor kelengkeng tersebut. (M. Putera Yuniar Avicenna)