YOGYAKARTA – Prolaps merupakan suatu kondisi dimana organ panggul pada perempuan turun melalui liang vagina yang terjadi akibat kelemahan struktur penyokong dasar panggul. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. dr. Nuring Pangastuti, Sp.OG(K)-Urogin, Departemen Obstetri dan Ginekologi, FKKMK UGM, melalui Bincang-bincang Santai Raisa Radio pada Senin, 9 Mei 2022.
“Jadi ada beberapa kata kunci disini, kondisi organ dasar panggul harus turun melalui vagina, bukan melalui yang lain. Jalan yang dilewati adalah vagina, jadi ini merupakan penyakit khusus pada perempuan,” papar Nuring.
Organ dasar panggul pada perempuan tersebut menurut Nuring adalah rahim/uterus, kandung kemih/uretra, dan saluran cerna bagian bawah/rektum.
“Penyebabnya disebabkan oleh banyak faktor yang pada akhirnya akan menyebabkan kelemahan pada struktur penyokong organ dasar panggul pada perempuan. Secara umum faktor risik prolaps dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik,” paparnya.
Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang melekat pada diri seorang perempuan yang umumnya tidak bisa dilakukan intervensi dan tidak bisa diubah. Misalnya adalah struktur kolagen dari perempuan yang bersangkutan, faktor genetik, proses penuaan, dan menopause.
“Kita tau bahwa seorang perempuan yang mempunyai ibu kandung penderita prolaps, itu memiliki kemungkinan untuk menderita prolaps 4 kali lebih besar dibanding perempuan lain yang tidak mempunyai ibu penderita prolaps,” ucap Nuring.
Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor di luar tubuh perempuan yang bersangkutan dan lebih bisa dikendalikan sehingga risiko untuk mengalami prolaps di kemudian hari bisa ditekan serendah mungkin. Misalnya keputusan untuk melahirkan/jumlah persalinan, berat badan, berbagai macam hal yang menyebabkan terjadi peningkatan tekanan indra rongga perut dalam waktu yang lama (misalnya pasien asma dan batuk kronis), mengangkat beban berat dalam waktu yang lama, dan sebagainya.
Nuring menjelaskan bahwa gejala atau tanda-tanda prolaps terbagi menjadi empat karakteristik keluhan berdasarkan pada area dan organ yang terlibat. Pertama, keluhan terkait gangguan berkemih. Keluhan ini muncul karena struktur penyangga di vagina bagian depan adalah berfungsi menyangga kandung kemih.
“Jadi ketika dia lemah maka kandung kemih posisinya akan berubah yang mengakibatkan banyak keluhan. Yang paling sering dikeluhkan adalah berkemih tidak lampias atau tidak tuntas,” ujarnya.
Kedua, keluhan yang melibatkan saluran cerna. Ketiga, keluhan terkait fungsi vagina untuk melakukan aktivitas seksual terkait penetrasi. Pada perempuan yang aktif secara seksual, adanya prolaps akan menyebabkan keluhan terkait aktivitas seksual misalnya nyeri atau penetrasi tidak bisa penuh. Keempat, karakteritstik terkait adanya prolaps itu sendiri, dimana perempuan penderita prolaps merasa vaginanya berat, penuh, kalau duduk tidak enak atau mengganjal dan mengganggu punggung bawah dan pinggang.
Nuring menyampaikan cara dan tata laksana yang bisa dilakukan untuk mengatasi prolaps yang diawali dengan pencegahan.
“Pencegahan terjadinya prolaps termasuk ke dalam ruang lingkup tata laksana prolaps. Pencegahannya dapat dilakukan dengan membatasi jumlah anak dan bersalin, dan berusaha untuk menjaga indeks massa agar tetap normal,” ujarnya.
Kalau sudah terlanjur ada prolaps, kita bisa melakukan tata laksana yang dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, kelompok yang tanpa perlu dilakukan pembedahan (operasi) dan kelompok tata laksana dengan operasi.
“Tanpa pembedahan bisa kita lakukan pada pasien-pasien atau perempuan yang derajat prolapsnya rendah. Dalam hal ini terapi yang paling populer dilakukan adalah senam kegel,” ucap Nuring. (*)