Tim Program Kreativitas Mahasiswa UGM berhasil mengembangkan alat pembuatan pupuk cair berupa komposter otomatis yang terintegrasi dengan sistem kontrol. Unikna, alat ini menggunakan sinar matahari sebagai sumber listrik sehingga dapat mengurangi biaya pembuatan pupuk cair.
“Alat ini kami buat sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar kampus, terlebih kota Yogyakarta, karena akhir-akhir ini sampah menumpuk di pinggiran jalan dan tempat wisata. Hal ini terjadi pasca penutupan TPA Piyungan” terang Ketua Tim, Rizki Andriansyah Jum’at (20/10) di UGM.
Mahasiswa Sekolah Vokasi UGM ini menjelaskan pengembangan alat ini berawal dari keprihatinan jumlah sampah di Yogyakarta yang semakin meningkat seiring dengan padatnya penduduk di Yogyakarta. Ditambah, penutupan TPA Piyungan menyebabkan keresahan masyarakat untuk pembuangan sampah.
“Melihat kondisi itu kami ingin memberikan solusi kepada masyarakat berupa produk pupuk cair dari bahan organik yang tentunya lebih baik penggunaannya dibandingkan pupuk yang berbahan kimia,” tambahnya.
Lalu Rizki bersama dengan keempat rekannya yaitu Albarra Ammara Hadi (Teknik Pengelolaan dam Perawatan Alat Berat), Fabio Khrisna Mukti (Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat Berat), Farras M. Yusa (Ilmu Tanah) dan Yunus Alif Nur Rahman (Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol) berusaha mencari solusi dengan membuat alat komposter pupuk cair. Alat tersebut dikembangkan dibawah bimbingan Ir. Felixtianus Eko Wismo Winarto, M.Sc., Ph.D. melalui pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif Kemendikbudristek tahun 2023.
Inovasi ini memiliki karakteristik dan struktur yang berbeda dibandingkan dengan komposter pada umumnya. Sebab, alat ini dilengkapi dengan komponen pendukung untuk membantu proses pengomposan.
“Komposter ini dilengkapi dengan pengaduk yang tersambung dengan motor secara langsung untuk membantu proses pengomposan,” jelas Ketua Tim.
Rizki mengungkapkan alat dibuat dengan menggunakan alat yang mudah didapat.Beberapa diantaranya besi, triplek yang dilapisi vinyl, dan alat elektronis lainnya.
Sementara Yunus menambahkan bahwa prinsip kerja komposter ini sama seperti komposter pada umumnya. Hanya saja, ada perbedaan pada proses pengomposannya yang dibantu oleh blade pengaduk dan water bubble.
“Cara kerjanya mirip dengan komposter lainnya, tetapi disini kita memakai blade pengaduk dari besi untuk membantu menggemburkan bahan-bahan organik di dalam drum sehingga cepat gembur,” jelasnya.
Selain itu, alat dilengkapi dengan pompa udara untuk mensuplai oksigen ke dalam drum. Hal itu dilakukan untuk tumbuh kembangnya mikroorganisme yang digunakan untuk proses pengomposan.
Tak hanya itu, Yusa turut menambahkan keunggulan alat komposter ini dapat menghasilkan cairan pupuk sejumlah 1 liter dalam waktu kurang 2 hari.
“Dengan memanfaatkan blade pengaduk tadi, bahan organik akan cepat gembur dan berair, sehingga volume pupuk yang dihasilkan dalam besaran tertentu lebih cepat dibandingkan komposter pada umumnya,” terang Yusa. (*)