Mba Menik, Ngajar Ngaji Nyambi Ngayam Serat Alam

S Lestari, sosok yang akrab disapa Mba Menik (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Sebagai ibu rumah tangga, S Lestari (47) memang sudah tak lagi terbebani mengurus anak. Kedua anak sosok yang akrab disapa Mba Menik terhitung sudah besar dan tinggal di pondok pesantren di Purworejo.

Meski tak lagi mengurus anak kecil bukan berarti warga Karangwetan Salamrejo Sentolo Kulonprogo ini bisa bebas dari kesibukan. Tugas lain telah menanti. Sebagai guru ngaji, guru RA Masyithoh Wonobroto juga masih nyambi sebagai perajin anyaman serat alam di rumahnya.

“Yang ngaji di rumah sekitar 40 anak kalau berangkat semua. Ngaji tajwid, membaca Alquran, pesolatan. Tiap hari ngaji di rumah. Jadwalnya shift dari pagi siang sampai sore,” terang Menik kepada wiradesa.co Sabtu 31 Juli 2021.

Anak-anak mengaji di rumah Mba Menik (Foto: Wiradesa)

Kepedulian Menik mengajar anak-anak mengaji dirintis sejak 2012 lantaran taman pendidikan Alquran yang ada di masjid setempat terkendala tenaga guru mengaji. Perempuan yang menempati posisi sebagai penasihat dalam struktur kepengurusan Fatayat NU Salamrejo mengaku secara ekonomi dirinya masih harus putar otak dan kerja sambilan sebagai penganyam serat alam dijadikan aneka kerajinan seperti tas serat gedebok pisang. Hasil kerajinan disetor ke juragan.

Baca Juga:  Bakal Dibuka 22 April, Satu Maskapai Penerbangan Dipastikan Operasional di Bandara JBS

“Bikin kerajinan hanya ikut orang. Anyaman digarap di rumah setelah ngajar di Taman Kanak-kanak RA Wonobroto dan selesai anak-anak ngaji. Kalau sehari selesai satu. Upah nganyam per item dapat Rp 15 ribu,” tuturnya. Dari serangkaian kegiatan yang padat itu, Menik mencoba menikmati proses perjalanan hidup yang kini ia jalani sebagai orangtua tunggal sepeninggal suaminya Walijo pada 2018 silam. Semua dia jadikan sebagai sarana mengabdi berjuang bagi anak dan lingkungan sekitar. Toh sekali waktu ia masih punya waktu bepergian seperti saat menjenguk kedua anak di Pesantren Ash Shiddiqiyyah Berjan Purworejo asuhan KH Muchammad Attabik Baqir.

Pada Kiai Attabik pulalah dia meluangkan waktu secara berkala mengikuti pengajian Toriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah. “Tiap bulan untuk membiayai anak sekolah dan mondok di pesantren kurang lebih butuh dana Rp1,5 juta. Walaupun agak berat dirasakan tapi alhamdulillah selalu diberi rezeki. Cukup sekadar untuk biaya anak-anak,” ujar Menik. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *