HUJAN deras, Minggu (17/11/2024) siang mengguyur wilayah Borobudur Magelang dan sekitarnya. Saat rombongan Wiradesa sampai di Taman Baca Melek Huruf di Dusun Pucungan, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, hujan belum reda.
Rombongan dari Yogyakarta memarkir mobil di pinggir jalan depan taman baca, karena di halaman Taman Baca Melek Huruf, siang itu sudah penuh dengan sepeda motor dan mobil. Meski letaknya di tengah kampung dan dalam situasi hujan lebat, tetapi tidak menyurutkan masyarakat pecinta buku untuk mengunjungi taman baca milik pasangan Kristian dan Nina Hidayat.
Sengaja rombongan para pecinta buku dari Yogyakarta tidak turun dari mobil, karena menunggu hujan reda. Tapi ada seorang laki-laki yang membawa payung menghampirinya. Dia, ternyata Kristian, pemilik Taman Baca Melek Huruf, menjemput calon pengunjung agar tidak kehujanan.
Setelah mempersilahkan masuk ke taman baca, Kristian menjelaskan jika turun hujan lebat, biasanya listrik di rumah dan ruang taman baca mati. Nanti jika mau ke kamar mandi hati-hati, karena selain jalannya licin, juga gelap jika listrik mati.
“Bapak-bapak, ibu-ibu, dan adik-adik semua, kami ingatkan jika hujan lebat, biasanya listrik di sini mati. Mohon kalau nanti ke toilet hati-hati,” ujar Kristian mengingatkan para pengunjung yang memadati ruang baca, Minggu 17 November 2024.
Melihat dan mencermati desain ruang taman baca, sepertinya meski listrik mati di siang hari, di dalam ruangan tetap terang. Karena penataan ruangnya terlihat memperhatikan pencahayaan, di sisi kiri rak buku dan di sisi kanan jendela kaca, sehingga pengunjung bisa melihat rindangnya tanaman di kanan ruang baca.
Kemudian di sudut kiri ada pantry untuk melayani melayani minuman dan makanan ringan para penggemar buku. Kristian sendiri yang menjadi bartender dan melayani langsung kepada kawan baca. “Nanti minuman Capuchino dan kue Chiffon-nya, kami antar ke meja baca,” kata Kristian, sambil menyeduh minuman pesanan pengunjung.
Pada rak sisi kiri, setelah pintu masuk ruang baca, tersusun buku-buku yang sudah dipilah sesuai kategorinya. Ada buku fiksi, buku nonfiksi, buku anak, dan majalah. “Di sini ada sekitar 200 buku fiksi, 400 buku nonfiksi, 50 buku anak dan 100 majalah,” jelas Nina Hidayat. Buku-bukunya hanya bisa dibaca di tempat, tidak boleh dibawa pulang.
Kawan aksara ada yang anak-anak, remaja, dan orangtua. Kebetulan rombongan dari Yogyakarta ada juga yang anak-anak, remaja, dan orangtua. Buku-buku cerita bergambar, seperti “Ibu, Mengapa Rambutku Seperti Ini?”, “Tintin Perjalanan ke Bulan”, dan “Terbang” menarik perhatian anak-anak.
Sedangkan yang remaja, tertarik pada buku-buku novel dan sejarah pahlawan. Buku-buku seperti “Di Bawah Lentera Merah”, “Museum Teman Baik”, dan “Strategi Penangkapan Diponegoro”. Sementara para orangtua lebih menyukai buku-buku tentang kehidupan seperti “Menua dengan Gembira”.
Pengelola Taman Baca Melek Huruf mengajak para pengunjung untuk mengisi form agar menjadi bagian dari komunitas Melek Huruf. “Halo, kawan aksara. Mari jadi bagian dari komunitas Melek Huruf. Kami akan mengirimkan info seputar taman baca secara berkala untuk tetap terhubung denganmu. Pindai kode QR untuk mengisi form”.
Taman Baca Melek Huruf dirancang atau dikonsep sebagai taman baca, warung, pondok, dan ruang bersama. Bangunannya memiliki ruang baca yang enak, nyaman, estetik, dengan rak buku asimetris dan pencahayaan yang mencerahkan.
Pecinta buku bisa nyaman dan tenang membaca buku di Melek Huruf. Juga bisa nyantai sambil ngopi. Alangkah bahagianya, membaca buku sambil ngopi di Taman Baca Melek Huruf di Dusun Pucungan, lima kilometer dari Candi Borobudur. (Ono)