SUKOHARJO – Mau belajar tentang nilai-nilai toleransi keberagaman dan perdamaian ala desa, maka datanglah ke Taman Baca Mayuba di Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng). Karena taman baca di desa yang diprakarsai Pokja Desa Damai Telukan Wahid Foundation ini tidak hanya menyediakan buku saja, tetapi juga tempat untuk berdiskusi dan belajar mengajar tentang hidup berdampingan secara damai.
Ketua Taman Baca Mayuba Desa Damai Telukan, Tarmini, menjelaskan Taman Baca Mayuba adalah perpustakaan sekaligus wadah belajar mengajar antar anak-anak dan sukarelawan warga di Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. “Pendiriannya diprakarsai oleh Pokja Desa Damai Telukan Wahid Foundation,” ujar Tarmini, Selasa 19 Oktober 2021.
Desa Damai Wahid Foundation merupakan program pengabdian untuk menciptakan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan terhadap nilai-nilai toleransi keberagaman dan perdamaian. Desa Telukan terpilih menjadi salah satu Desa Damai program Wahid Foundation.
Setelah deklarasi Desa Damai Telukan, anggota pokja semakin giat dalam melaksanakan berbagai program kerja Desa Damai maupun program kerja turunan dari Wahid Foundation. Antara lain forum group discussion, penyaluran bantuan mitigasi Covid-19, pendampingan UMKM dan pembentukan ruang belajar anak yang diwujudkan Taman Baca Mayuba.
Bermula dari keresahan karena selama pandemi banyak anak-anak yang lebih memilih untuk bermain gadget ketimbang belajar, pokja Desa Damai Telukan mengajak mahasiswa KKN yang pada saat itu sedang menjalankan program pengabdian di Desa Telukan untuk merealisasikan program Taman Baca Mayuba pada tanggal 17 agustus 2021. Sebagai pembukaan tim pokja melaksanakan upacara bendera peringatan Hari Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi pendidikan anak-anak sekitar akibat pandemi, kegiatan di dalam Taman Baca Mayuba tidak sekedar menyediakan wadah membaca dan buku-buku. Pokja berkolaborasi dengan mahasiswa KKN melaksanakan pendampingan terhadap anak-anak dengan cara bermain dan belajar serta webinar dengan sasaran remaja.
Nama Mayuba berasal dari filosofi budaya yakni memayu hayuning bawana yang mempunyai makna menjaga, memperindah, dan menyelamatkan dunia. Agar nantinya anak-anak yang ikut serta belajar di Taman Baca Mayuba dapat turut serta menjaga, memperindah dan menyelamatkan dunia atau lebih khususnya di lingkungan sekitar mereka yakni Desa Telukan.
Menurut Tarmini, kegiatan ini mendapat banyak dukungan dari orang tua terutama mereka yang bekerja seharian dan antusiasme yang besar dari anak-anak membuat Pokja semakin ingin berinovasi mengenai kurikulum yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar di Taman Baca Mayuba.
Kedepannya, kegiatan di dalam Taman Baca Mayuba perlahan-lahan akan terus ditambah antara lain dengan mengajak anak-anak sampai remaja menunjukkan hobinya mulai dari musik, pencak silat, seni dan budaya ataupun yang lainnya dengan cara menyediakan wadah apresiasi dan juga membuat kompetisi atau lomba guna menumbuhkan potensi dari dalam diri anak-anak. (Dwi Purwoko)