Istana Kematian berada di puncak Lereng Sentono. Lokasinya masuk wilayah Padukuhan Gunungkelir, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kenapa dinamai Istana Kematian? Sunan Amangkurat I yang lebih tahu. Karena beliau yang memberi nama saat Kerajaan Mataram Islam beribu kota di Pleret (1646 – 1677).
Berdasarkan prasasti yang ada di sisi pintu gerbang, Istana Kematian merupakan tempat penguburan jenazah. Persembahan Sunan Amangkurat I terhadap salah satu selirnya Ratu Mas Malang.
Kompleks Makam Ratu Malang dibangun tahun 1665 dan selesai 11 juni 1668. Pemakaman yang ada di puncak Bukit Sentono itu dinamai Antaka Pura oleh Amangkurat I. Antaka Pura artinya Istana Kematian atau istana tempat menguburkan jenazah.
Dalam kompleks Antaka Pura, selain ada nisan Ratu Malang juga terdapat 22 nisan. Sedangkan di belakang makam ada sendang. Bangunan Istana Kematian ini termasuk situs langka, karena terkait dengan permakaman kerajaan di atas bukit, seperti Pajimatan Imogiri, Girilaya, dan Girigondo.
Juru Kunci Makam Ratu Malang, Sarjito, menjelaskan setiap malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon banyak masyarakat yang ziarah ke Antaka Pura. Apa tujuan atau motivasi berziarah ke Makam Ratu Malang, hanya peziarah yang tahu.
Tapi yang menarik, banyak dalang dan sinden (waranggono) yang mendatangi atau ziarah ke Makam Ratu Mas Malang dan Makam Ki Dalang Panjang Mas. Sepertinya menjadi tradisi, prosesi adat yang menjadi legitimasi para dalang dan sinden Wayang Purwa.
Berdasarkan Keputusan Gubernur DIY Nomor 194/KEP/2019, Makam Ratu Malang di Gunungkelir Pleret ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya. Selain Makam Ratu Malang, juga Kedaton Pleret, Kerta, dan Kauman Pleret.
Kini di sekitar Istana Kematian atau Antaka Pura Lereng Sentono dibangun tempat ibadah, joglo pertemuan, tempat parkir, dan berbagai sarana prasarana wisata religi. Semoga Makam Ratu Malang menjadi berkah bagi warga di sekitarnya. (Ono)
