Menikmati Kuliner Jadul di Pasar Kebon Empring: Sejahterakan Warga Kalurahan Srimulyo

Pedagang Pasar Kebon Empring mendisplai bahan pokok Minuman Seruni dan Jahe Sereh, Minggu (12/2/2023). (Foto: Wiradesa)

BANTUL – Berbagai makanan dan minuman jadul tersaji di Pasar Kebon Empring, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan menikmati kuliner tempo dulu, maka pengunjung ikut menyejahterakan warga Kalurahan Srimulyo.

Makanan tempo dulu yang dijanjakan para pedagang, antara lain Sate Kere (Sate Gajih, Sate Koyor) harganya Rp 12.000/porsi. Kemudian Sego Wiwit Rp 5.000/porsi, Jenang Candil Rp 5.000/porsi, dan ada Sate Jamur, Telur Guling, Batagor, Gudeg, Lotek, Gado-gado, Bakmi, dan Siomay.

Sedangkan minuman yang nikmat disruput di pinggir kali dan di bawah rerimbunan Pohon Bambu, antara lain Wedang Seruni (Sereh, Jeruk Nipis) harganya Rp 5.000/gelas, Jahe Sereh Rp 5.000/gelas, Es Kuwut Rp 5.000/gelas, dan minuman lain, seperti Teh, Jeruk, Kopi, dan Leman Tea.

Para pengunjung Pasar Kebon Empring selain bisa menikmati makanan dan minuman tempo dulu, juga dihibur oleh seni musik. Para seniman musik ini setiap hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional tampil di Pendopo Panglipuran. Pengunjung diperbolehkan untuk menyumbangkan suara emasnya.

Baca Juga:  Jalani “Study Excursie” Mahasiswa Unija Belajar Digitalisasi Desa di Bawah Pohon Pring

Meski Pasar Kebon Empring menjadi destinasi wisata, tetapi para pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis saat memasuki area wisata. Pengelola hanya menyediakan kotak sumbangan sukarela untuk kebersihan. Bahkan parkir kendaraan juga sukarela dan tukang parkir hanya meletakkan kotak di sekitar area parkir.

Berdasarkan pengangatan Wiradesa.co, hampir semua pengunjung menikmati kuliner yang dijanjakan para pedagang. Setiap pengunjung membeli makan dan minum serta disantap di kursi-kursi yang disediakan pengelola di bawah Pohon Bambu yang rindang. Rata-rata setiap pengunjung membelanjakan uang Rp 25 ribu.

Jika pengunjung pada hari Minggu berjumlah 2.000 orang maka ada uang Rp 50 juta dalam sehari itu yang dibelanjakan di Pasar Kebon Empring. Kalau ada 25 pedagang, maka rata-rata seorang pedagang memperoleh pendapatan Rp 2 juta. Hampir semua pedagang warga Kalurahan Srimulyo. Sehingga dengan menikmati kuliner di Pasar Kebon Empring, para pengunjung berkontribusi ikut menyejahterakan warga Kalurahan Srimulyo.

Pada Minggu 12 Februari 2023, ada 25 pedagang yang menjual aneka makanan dan minuman khas desa. Mereka menempati gubug-gubug yang dibangun di bawah rerimbunan Pohon Bambu. Ada beberapa gubug yang kosong, khususnya di gubug yang disediakan untuk para perajin.

Baca Juga:  Ngangeni Nikmatnya Soto Sapi Pak Syamsul di Pasar Kolombo

Keberadaan Pasar Kebon Empring tidak terlepas dari peran aktif warga Padukuhan Bintaran Wetan, khususnya para pemudanya. Kreativitas warga membangun wilayah pinggir kali menjadi obyek wisata desa, layak diacungi jempol. “Kreativitas dan peran aktif warga sudah sesuai dengan misi Kalurahan Srimulyo,” ujar Drs Wajiran, Lurah Srimulyo, Minggu 12 Februari 2023.

Misi Kalurahan Srimulyo yakni “Menjadikan Desa Srimulyo sebagai kawasan terpadu pengembangan industri dan pariwisata”. Ada 22 padukuhan di wilayah Kalurahan Srimulyo. Setiap padukuhan didorong untuk menghasilkan produk unggulan, baik terkait industri rumahan maupun wisata desa.

Sampai sekarang ada 10 destinasi wisata desa yang cukup populer di wilayah Kalurahan Srimulyo. Selain Pasar Kebon Empring di Padukuhan Bintaran Wetan, juga ada Puncak Bucu di Padukuhan Kaligatuk, Gerbang Banyu Langit di Bintaran Kulon, Taman Tempuran Cikal di Cikal, dan Bakit Bintang di Plesedan.

Selanjutnya juga ada destinasi wisata Watu Tombak di Padukuhan Ngelosari, Watu Amben di Pandeyan, Makam Gunung Geseng di Jalasutra, Situs Purbakala Payak di Payak Cilik, dan Taman Nggirli di Bintaran Wetan. Wisata desa di Kalurahan Srimulyo menawarkan panorama alam perbukitan, sungai, sejarah, kuliner, religi, budaya, dan adventure.

Baca Juga:  Lurah Kalitirto Arihadi Lepas Jalan Sehat Dusun Grogol

Terbangunnya sejumlah obyek wisata desa dan ramainya pengunjung, sangat bergantung pada kreativitas dan inovasi warga setempat. Namun juga tidak terlepas dari dukungan pemerintah, khusunya pemerintah desa atau pemerintah kalurahan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *