KULONPROGO – Menyampaikan narasi atau cerita perihal suatu tempat, atraksi seni, budaya, hingga kuliner sangat penting dalam dunia pariwisata. Tantowi Yahya dalam Bincang Wisata bertema Majukan Wisata Lokal Memakmurkan Ekonomi Rakyat dalam menyongsong hiruk-pikuk wisata Kulonprogo dengan adanya Yogyakarta Internasional Airport (YIA) mengatakan, storytelling menjadi aspek penting dalam dunia pariwisata.
“Ada salah satu restoran di kawasan Pasific banyak diminati turis. Untuk bisa makan di situ tamu harus booking enam bulan sebelumnya. Bayarnya juga mahal. Selain menikmati makan para tamu mendapat cerita storytelling tentang kuliner dari perempuan asli Maori sebagai storytellernya,” ucap Tantowi Yahya.
Para tamu, lanjut Tantowi, mendapat cerita detail tentang satu menu bahkan untuk camilan ubi jalar yang diberi parutan kelapa, dibumbui cerita panjang sehingga membuat wisatawan tertarik untuk segera menikmati.
Berbagi cerita atau storytelling, meski masih belum banyak dipraktikkan pelaku wisata di Yogya, namun telah diterapkan Muntowil. Owner Towilfiets mengatakan, storytelling bercerita kepada para turis yang menjadi tamunya sangatlah penting. “Tidak semua orang tahu terhadap apa yang dia lihat. Di situ peran guide atau pemandu wisata sangat penting sekaligus ia menjadi seorang storyteller,” ujar Towil, Sabtu 11 Februari 2023.
Towil selalu memberikan informasi detail dengan metode bercerita. Ketika nyepeda mampir di perajin tempe, secara runtut ia akan menjelaskan soal tempe. Dimasak memakai kayu bakar, lama memasak sekitar dua jam. Satu jam pertama ditiriskan dibersihkan kulit kedelai. Setelah bersih masih dimasak lagi, ditunggu dingin. Proses selanjutnya penaburan ragi tempe sesuai takaran. Usai itu baru dibungkus.
“Soal membungkus masih bisa diceritakan lagi. Daunnya pakai daun pisang. Daun pisang masih mudah didapat di sekitar rumah, di kebun-kebun. Tali pengikat bungkus tempe pun jadi bahan cerita menarik. Tali pakai tali rumput mendong. Rumput mendong bisa untuk bahan pembuat tikar,” sambung Towil.
Kepada Tantowi Yahya yang berkunjung ke Towilfiets, Towil mengajak sepedaan keluar masuk kampung lewat persawahan. Towil menjelaskan, agenda wisata melihat sawah semua dibuat alami. Tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada para petani bahwa siang itu bakal ada kunjungan wisatawan. “Semua alami tanpa setingan. Jam berapa pun bisa berkunjung. Pembuat emping ada satu. Bila kebetulan tengah tidak berproduksi bisa dikerjakan (dari pihak Towilfiets) sendiri bikin emping tanpa harus menunggu pembuatnya bikin,” jelasnya.
Berkunjung dan bertemu dengan realitas pedesaan yang nyata, menurut Towil banyak diminati wisatawan termasuk Tantowi Yahya. Tamu dibiarkan berkunjung dan bertemu petani, perajin emping, pembuat tenun stagen tanpa harus janjian terlebih dulu. Semua dibiarkan mengalir.
“Kalau kebetulan yang dikunjungi libur produksi ya ganti dengan perajin lainnya. Perajin tempe ada beberapa orang. Demikian pula pembuat tenun stagen. Di Banguncipto lebih dari satu perajin tenun stagen,” jelasnya. (Sukron)