Olah Kotoran Sapi Jadi Pupuk Organik, Petani Suren Menuju Pertanian Ramah Lingkungan

KULONPROGO – Peternakan sapi milik subunit kelompok tani Mantep, dengan delapan ternak sapi lokal diarahkan menuju produksi pupuk organik memanfaatkan kotoran sapi dari kandang. Sakiya (50) anggota kelompok tani yang ada di Suren, RT 38 /19, Sukoreno, Sentolo, Kulonprogo menuturkan, kegiatan produksi pupuk kandang organik baru jalan dua bulan belakangan.

“Tidak ada pelatihan khusus membuat pupuk kandang. Meski tanpa pelatihan khusus, anggota sudah banyak yang bisa meramu pupuk kandang organik,” ucap Sakiya, kepada wiradesa.co, ditemui di kandang kelompok, beberapa waktu lalu.

Proses pengolahan pupuk kandang organik, dilakukan dengan cara fermentasi selama 21 hari. Setelah melewati tahap fermentasi selama 21 hari, proses berikutnya, pupuk digiling pakai mesin biar tidak panas. Bahan-bahan fermentasi disiapkan dengan komposisi empat bungkus atau sekitar 4 kg, dengan perbandingan jumlah kotoran sapi sebanyak satu ton.

“Pencampuran manual pakai skop, dalam proses ini kami lengkapi diri pakai sepatu bot, sarung tangan,” imbuh Sakiya. Tidak butuh waktu lama untuk mengolah kotoran sapi dicampur bahan fermentasi. Secara gotong-royong pekerjaan ditangani bersama oleh delapan orang anggota. Setelah tercampur, seluruh bahan yang telah tercampur ditutup terpal hingga seminggu. Kemudian setelah seminggu dilakukan pengadukan ulang.

Baca Juga:  Bakal Calon Wakil Bupati Kulonprogo H Ambar Purwoko Hadiri Pengajian Ahad Pagi di Masjid Al Falaah Semaken Banjararum Kalibawang

Kebutuhan petani Suren terhadap pupuk organik kotoran sapi tak sepenuhnya dapat tercukupi bila mengandalkan produksi pupuk kandang secara mandiri. Sebab kapasitas produksi pupuk dari satu unit kandang delapan ternak sapi (satu ton kotoran ternak) diperkirakan hanya menghasilkan pupuk padat pada kisaran 7 kuintal.

“Kami masih menggunakan pupuk kimia. Tetapi lambat laun bila produksi pupuk kandang organik lancar, pemakaian pupuk kimia akan kami kurangi. Sedikit demi sedikit tidak langsung lepas dari pupuk kimia. Menggunakan pupuk kandang organik, memang banyak tantangan. Kami terlebih dahulu harus menyiapkan pupuk. Sedikit ribet memang,” kata Sakiya.

Dengan modal ternak, kandang dan peralatan yang tersedia, sebagai anggota kelompok, Sakiya berharap pertanian ramah lingkungan di kampungnya berangsur-angsur terealisasi. Bila kebutuhan bahan baku kurang, menurutnya masih bisa dipasok kotoran ternak dari produksi ternak wilayah sekitar Suren. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *