Menetaskan Telur Bebek Cara Tradisional, Telur Bebek Dierami Ayam Babon

Ayam babon tengah mengerami telur bebek. Menetaskan telur bebek secara tradisional butuh waktu 28 hari. Dari 15 butir telur bebek, 1-3 butir telur biasanya gagal menetas. (Foto: Wiradesa.co)

KULONPROGO – Menetaskan telur bebek bagi para peternak biasanya paling praktis menggunakan mesin penetas. Namun, di pedesaan masih ada peternak bebek yang memilih menetaskan telur bebek pakai cara tradisional.

Seperti yang dilakukan Tri Pandoyo, peternak bebek dari Kalurahan Bugel RT 36 RW 18 Kapanewon Panjatan, Kulonprogo. Ia lebih memilih rutin menetaskan telur bebek memakai cara alami karena menurutnya lebih hemat listrik dan terhindar dari risiko mati listrik. “Kalau pakai mesin penetas harus mengeluarkan biaya pengadaan mesin tetas, pengeluaran listrik bertambah juga nggak ada jaminan listrik nggak mati. Sewaktu-waktu bisa mati listrik entah karena perbaikan jaringan atau karena hal lain,” ungkap Tri Pandoyo, Kamis 24 Agustus 2023.

Tri Padoyo pernah mengamati tetangga yang melakukan percobaan menetaskan telur bebek pakai mesin tetas. Dari 50 butir telur ada empat butir yang gagal menetas. Lalu cara tradisional dalam menetaskan telur bebek pun dia coba. Ilmu menetaskan bebek secara tradisional ia dapat dari mengamati apa yang pernah dilakukan simbah-simbah zaman dulu. Mereka menetaskan telur bebek dengan babon ayam yang tengah mengerami telur-telurnya. Telur ayam diambil lalu diganti telur bebek. Tiap petarangan (tempat ayam mengerami telur-red) dikasih 15 butir telur bebek.

Baca Juga:  Pakan Alternatif Unggas dengan Teknologi Fermentasi

“Sekarang punya sembilan babon dan satu jago. Ada empat yang saat ini tengah mengerami telur bebek. Petarangan ditaruh di samping rumah. Ada di kandang kecil. Dari 15 butir telur yang nggak menetas 1-3 butir,” katanya.

Menetaskan telur bebek dengan menggunakan cara tradisional dierami babon ayam, bagi Tri Pandoyo, telah berjalan beberapa lama. Sejak ayam babon miliknya baru dua ekor. Dari sembilan ayam babon yang dipunyai, tujuh diantaranya tengah bertelur dan siap mengerami dan yang dua babon menyusul mulai bertelur. Cara memilih telur bebek yang mau ditetaskan yakni menggunakan bantuan lampu senter.

“Telur diteropong dulu pakai alat senter. Yang ada lembaganya di dalam insya Allah fertil. Lembaga itu bakal calon meri,” imbuhnya.

Tetasan meri umur sehari dan 10 bulan. (Foto: Istimewa)

Untuk pemilihan babon tak ada persyaratan khusus. Hanya saja dipilih yang punya badan besar. Tri Pandoyo memilih jenis babon dari ayam jawa biasa bukan blesteran bangkok. Kala mengerami ayam babon tetap dikasih pakan pada umumnya seperti sisa makanan nasi dan sayuran. Tiap hari ayam babon akan turun minta pakan sekitar pukul 08.00 atau pukul 09.00.

Baca Juga:  Olah Kotoran Sapi Jadi Pupuk Organik, Petani Suren Menuju Pertanian Ramah Lingkungan

“Waktu mengerami 28 hari. Setelah menetas babon dilepas satu minggu sampai dua minggu. Nanti habis itu sudah siap bertelur lagi. Dengan jumlah babon yang ada, paling banyak dapat 100 meri dalam sebulan. Paling sedikit pernah hanya dapat 11 anakan. Karena dengan sistem tradisional sangat bergantung pada ayam babon yang bareng bertelur dan mengerami,” imbuhnya.

Meri atau anak bebek hasil eraman ayam babon kemudian diberi pakan pelet yang dihaluskan. Minuman disamping sesekali diberi vitamin juga diberi gerusan jahe. Dari usia tiga minggu sampai mau bertelur meri diangon cari pakan di sawah dan kali.

“Kalau mau dijual nunggu meri berumur lima bulan. Harganya mencapai Rp 80 ribu per ekor,” ujarnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *