Pujo Sukirman, 15 Tahun Rasakan Manfaat Kompor Biogas Kotoran Sapi

Meski bersumber dari kotoran sapi, nyala kompor biogas di dapur Pujo Sukirman berfungsi baik tak kalah dengan kompor elpiji. (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Instalasi kompor biogas memanfaatkan kotoran ternak sapi terbilang sederhana. Hanya butuh ruang bak biogas tempat pembentukan biogas berdiameter lima meter, berbentuk bulat telur yang tertanam dalam tanah.

Ruang bak biogas, terhubung dengan saluran penerimaan kotoran sapi dari kandang, lalu terhubung dengan ruang yang sama berdiameter lebih kecil tempat menampung ampas kotoran kering. Salah satu pemilik instalasi kompor biogas memanfaatkan kotoran sapi, Pujo Sukirman menuturkan, dirinya telah 15 tahun merasakan manfaat dari kompor biogas berbahan baku kotoran ternak sapi.

Menurutnya, kualitas nyala api kompor setara dengan kompor gas elpiji. Buat masak air, mematangkan makanan lama waktu tak terpaut jauh dengan kompor gas elpiji. Kompor biogas ternak sapi miliknya pun awet. Bandel tak pernah ngadat sejak pertama kali difungsikan 15 tahun lalu.

“Di kandang ada dua sapi. Dulu pertama bikin instalasi biogas ada delapan sapi. Waktu itu sampai turah-turah sehingga biogas disalurkan sampai ke rumah adik untuk keperluan rumah tangga,” terang Pujo saat ditemui di rumahnya di Kaliwilut RT 19 RW 10 Kaliagung, Sentolo, Sabtu 1 April 2023.

Baca Juga:  Anggota PKK Jatimulyo Belajar Meracik Jamu dan Teh Telang Pelangi

Sukir yang juga wakil ketua kelompok tani Sukamulya, menuturkan, dia saat ini memelihara dua ternak sapi. Jenis limosin dan sapi PO. Ia merawat sapi untuk indukan dan hasil anakan dijual. Ketimbang kotoran sapi dibuang begitu saja, kotoran tersebut dimanfaatkan untuk keperluan memasak melalui teknologi sederhana instalasi biogas. Instalasi biogas tersebut didapatkan cuma-cuma karena dulu ia mendapat paket bantuan pembuatan sarana kompor biogas. “Dulu garansi sarana biogas sekitar 5-10 tahun ternyata sampai 15 tahun masih berfungsi baik. Kompor biogas nyala kapan pun mau dipakai memasak. Nyala api besar dan tak pernah ngadat,” paparnya.

Praktis lantaran menggunakan biogas, selama 15 tahun terakhir keluarga Pujo tak mengalami ketergantungan pada bahan bakar baik kayu, minyak maupun gas elpiji. Kebutuhan gas sehari-hari seratus persen terpenuhi dari biogas kotoran sapi.

Pujo Sukirman usai memberi pakan sapi. (Foto: Wiradesa)

Pembuatan tabung bak biogas memakai bata merah sebanyak 3500 bata sementara gas dari bak biogas menuju kompor di dapur terhubung melalui pipa sepanjang 10 meter. Tugas Pujo sepulang bekerja sebagai karyawan swasta di Wiyoro, Banguntapan, langsung mencari rumput buat pakan sapi. Baginya beternak sapi sangat menguntungkan. Selain hanya butuh pakan utama rumput dan kolonjono yang dapat dicari di sekitar rumah, ternyata kotoran sapi membuatnya bisa berhemat bahan bakar minyak tanah dan gas selama bertahun-tahun.

Baca Juga:  Bertani pada Lahan Sempit, Tanaman Subur Dipupuk Limbah Kascing

“Bila mau masak tinggal menyalakan kompor pakai korek api. Begitu nyala, tinggal masak apa saja sesuai kebutuhan tanpa pernah khawatir kompor mati akibat kehabisan gas,” terangnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *